TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi untuk membahas gencatan senjata di Gaza pada Kamis (21/3/2024).
Blinken tiba di Kairo pada Kamis pagi setelah mengunjungi Arab Saudi, sebagai bagian dari tur terbarunya ke Timur Tengah.
Selama pertemuan, Blinken dan al-Sisi membicarakan gencatan senjata segera di Gaza selama setidaknya enam minggu dan pembebasan semua sandera.
"Pembicaraan antara Sisi dan Blinken membahas situasi di Jalur Gaza dan upaya mediasi untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas," kata Kepresidenan Mesir dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Sisi menekankan perlunya gencatan senjata untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang meningkat di Gaza.
Tidak hanya itu, keduanya juga berdiskusi tentang pembentukan negara Palestina merdeka dan jaminan untuk Israel.
Pemimpin Mesir itu memperingatkan konsekuensi serius dari setiap serangan darat Israel di Kota Rafah, tempat lebih dari 1,4 juta orang mengungsi.
Apabila Israel tetap nekat melancarkan serangan di Rafah, maka itu akan menyebabkan keretakan dengan Amerika Serikat.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah mengeluarkan peringatan kepada Israel agar tidak menyerang Kota Rafah, di mana menjadi tempat mengungsi warga Gaza.
Penasihat Kemanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Biden telah memperingatkan Netanyahu soal serangan darat Rafah melalui saluran telepon.
“Presiden menjelaskan mengapa dia sangat prihatin dengan prospek Israel melakukan operasi militer besar-besaran di Rafah,” kata Sullivan, dikutip dari Arab News.
Baca juga: Resolusi Terbaru AS untuk Gencatan Senjata di Gaza Dianggap Ambigu, Veto Washington Disorot
Dalam pembicaraannya dengan Netanyahu, Biden mengatakan serangan darat besar-besaran di Rafah akan menjadi sebuah 'kesalahan'.
Menurutnya, serangan ini akan memperburuk situasi di Gaza.
“Operasi darat besar-besaran di sana merupakan sebuah kesalahan, hal ini akan menyebabkan lebih banyak kematian warga sipil yang tidak bersalah, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan, memperdalam anarki di Gaza, dan semakin mengisolasi Israel secara internasional,” kata Sullivan.
Meski dapat ancaman dari Biden, Netanyahu dengan tegas mengatakan tetap akan melanjutkan serangan di Rafah.
Menurutnya, turun ke lapangan merupakan cara yang paling efektif saat ini.
"Kami bertekad untuk menyelesaikan pemusnahan batalyon-batalion ini di Rafah, dan tidak ada cara untuk melakukan itu kecuali dengan turun ke lapangan," tegas Netanyahu, dikutip dari Asharq Al-Aswat.
Konflik Palestina vs Israel
Israel telah melancarkan serangan mematikan pada 7 Oktober 2023.
Lebih dari 32.000 warga Palestina telah meninggal dunia akibat serangan Israel.
Sebagian korban merupakan anak-anak dan wanita.
Serangan ini juga telah mengakibatkan hampir 74.200 warga Palestina mengalami luka-luka.
Adapun 85 persen penduduk Gaza mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih dan obat-obatan.
Sementara 60 persen infrastruktur di Gaza telah rusak dan hancur.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Presiden Mesir, Blinken dan Konflik Palestina vs Israel