Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sudah 3 tahun berlalu, kasus kematian seorang pekerja kantoran di toilet subways kereta api bawah tanah Metro Tokyo di Hatchobori Jepang belum juga selesai.
Keluarga korban menuntut 107 juta yen karena peristiwa itu dianggap kesalahan pihak Metro Tokyo.
"Kalau saja tombol darurat tidak rusak pasti korban masih hidup sampai sekarang," ungkap keluarga korban belum lama ini.
Diketahui pada tanggal 7 Juni 2021, seorang pekerja kantoran berusia 52 tahun meninggal karena pendarahan (otak) subaraknoid di toilet multifungsi di stasiun Metro Tokyo, stasiun Hatchobori Tokyo.
Baca juga: Pemerintah Jepang Berencana Produksi Massal Pesawat Kecil Canggih Tahun 2035
Pihak keluarga yang berasal dari Kota Wakayama kemudian mengajukan gugatan di Pengadilan Distrik Wakayama pada 29 September 2023.
Mereka meminta ganti rugi sekitar 107 juta yen dari perusahaan Metro Tokyo.
"Kematian disebabkan oleh keterlambatan pihak stasiun dalam mengambil tindakan," katanya.
Dalam gugatan itu, perusahaan Metro Tokyo telah menyatakan mereka mengambil sikap bahwa "tidak ada hubungan sebab akibat antara kematian pria itu dan tanggapan yang dilakukan pihak stasiun."
Menurut laporan pengaduan, pria itu mengalami pendarahan subaraknoid dan jatuh di toilet multifungsi di Stasiun Metro Tokyo, Hatchobori di Jalur Hibiya.
Dia ditemukan oleh penjaga keamanan sekitar tujuh jam kemudian dan dibawa ke rumah sakit, di mana dia kemudian dinyatakan meninggal.
Pengadilan Distrik Wakayama
Di toilet, ada tombol darurat yang memberi tahu kantor stasiun tentang kelainan (darurat) saat ditekan, dan perangkat yang secara otomatis memberi tahu kantor stasiun jika mendeteksi bahwa orang tersebut telah berada di ruangan selama lebih dari 30 menit.
Namun, tombol darurat tidak dinyalakan karena pemutus dimatikan, dan kabel yang menghubungkan toilet ke kantor stasiun tidak diletakkan dengan benar, sehingga tidak muncul pelaporan otomatis ke kantor stasiun kereta api.
Keluarga mengajukan gugatan pada 29 September tahun lalu, dengan alasan bahwa pria itu mungkin tidak meninggal jika dia terdeteksi sebelumnya.
Baca juga: Pemagang Indonesia Meninggal Setelah Terjatuh ke Sungai Hida di Prefektur Gifu Jepang
Dan bahwa ada hubungan sebab akibat antara kelalaian perusahaan Metro Tokyo karena gagal memeriksa fasilitas toilet mengakibatkan kematian.