Demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai wilayah Israel ketika pertempuran Israel dan Hamas memasuki bulan keenam.
Mereka menuntut kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan semua sandera, setelah menuduh Netanyahu sengaja menggagalkan kesepakatan itu.
“Ribuan warga Israel berdemonstrasi di beberapa wilayah di seluruh negeri, menuntut pemilu dini dan membuat kesepakatan pertukaran tahanan,” lapor media Israel, Yedioth Ahronoth, Minggu.
Demonstrasi utama yang menuntut tercapainya kesepakatan pertukaran terjadi di persimpangan Kaplan, di pusat kota Tel Aviv.
Ratusan warga Israel juga berdemonstrasi di dekat kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, di Yerusalem Barat dan di Kaisarea (utara), serta di depan markas Knesset di Yerusalem Barat.
Mereka menuntut agar Netanyahu bertanggung jawab dan mundur dari jabatannya.
"Di Haifa (utara), sekitar 8.000 orang berdemonstrasi di Horev Junction, di pusat kota, dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah,” menurut laporan Yedioth Ahronoth.
Demonstrasi ini diperkirakan akan meluas di seluruh Israel.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 33.091 jiwa dan 75.750 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (6/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, ada kurang lebih 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel