TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian pada Senin (8/4/2024) menuduh Amerika Serikat sengaja memberikan lampu hijau kepada Israel untuk menargetkan gedung konsulat di Suriah.
Menurutnya, AS harus bertanggung jawab atas serangan tersebut.
“Saya ingin mengatakan dengan suara yang sangat keras dari sini di Damaskus bahwa Amerika mempunyai tanggung jawab atas apa yang terjadi dan harus bertanggung jawab,” kata Amir-Abdollahian kepada wartawan saat bertemu dengan koleganya dari Suriah, Faisal Mekdad.
Ia juga mengatakan, AS gagal dalam mengutuk serangan ini, sehingga menimbulkan kecurigaan di mana Washington telah mengetahui rencana awal penyerangan ini.
"Kegagalan untuk mengutuk serangan tersebut menunjukkan bahwa Washington telah memberikan lampu hijau kepada Israel untuk melakukan kejahatan ini," kata dia saat meresmikan pembukaan bagian konsulet baru di gedung terdekat, dikutip dari Asharq al-Aswat.
Sementara itu, pemerintahan Joe Biden bersikeras tidak mengetahui rencana tersebut, meskipun mereka adalah sekutu Israel.
Meskipun begitu, Hossein Amir-Abdollahian berjanji akan melancarkan serangan balas dendam kepada Israel atas serangan udara di gedung konsulat Suriah yang menewaskan 7 pejabat militer Iran.
Rencana serangan balas dendam ini juga didukung penuh oleh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Dalam pidatonya, pemimpin Hizbullah ini mengatakan dukungan sebagai respons militer Teheran terhadap serangan yang menewaskan seorang pejabat militer senior di Pasukan Quds Garda Revolusi Iran, Mohammad Reza Zahedi.
Meskipun Israel sering meluncurkan serangan yang menargetkan pejabat militer dan sekutu Iran, kematian Zahedi adalah pukulan paling signifikan bagi Teheran,
Awalnya, setelah serangan tersebut, media pemerintah Iran mengatakan Zahedi memimpin Pasukan Quds di Lebanon dan Suriah hingga tahun 2016.
Namun hal tersebut diklarifikasi oleh Nasrallah.
Baca juga: Menteri Iran Buka Konsulat Baru di Suriah Seminggu setelah Serangan Israel
Ia mengatakan bahwa Zahedi adalah tokoh kunci kelompok Lebanon, dan pernah bertugas selama empat tahun di negara kecil Mediterania tersebut.
Menurut Nasrallah, ini merupakan repons yang wajar bagi mereka untuk mendukung iran.