TRIBUNNEWS.COM - Media Israel memberitakan bahwa Hamas memberikan tanggapan dingin atas proposal terbaru untuk gencatan senjata sementara di Jalur Gaza pada hari Sabtu (13/4/2024).
Bila disepakati, melalui proposal gencatan senjata sementara tersebut, akan terjadi pertukaran sandera yang ditahan kedua belah.
Namun, kelompok militan yang menguasai Gaza bersikeras bahwa yang mereka inginkan adalah gencatan senjata permanen.
Dikatakan proposal gencatan senjata terbaru menawarkan gencatan senjata sementara, setidaknya enam minggu sebagai imbalan atas pembebasan tawanan.
Pihak Hamas menyampaikan, mereka tetap berpegang pada tuntutan awal: gencatan senjata permanen, penarikan pasukan Israel dari seluruh Gaza, kembalinya warga Palestina ke Gaza utara dan wilayah lainnya, bantuan kemanusiaan ditingkatkan dan rekonstruksi Jalur Gaza.
Tuntutan tersebut bukanlah suatu hal yang baru bagi Israel.
Perundingan gencatan senjata dimulai pada 7 April 2024 di Kairo, dimediasi oleh Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir.
Sayangnya, sejauh ini negosiasi belum menghasilkan terobosan.
Di Israel, Kantor Perdana Menteri dan badan intelijen Mossad, yang memimpin perundingan, mengatakan tanggapan Hamas sama halnya dengan penolakan terhadap tawaran tersebut.
Dikutip dari Times of Israel, Tel Aviv menyebut penolakan Hamas terhadap proposal tersebut menunjukkan Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar tidak tertarik dengan perjanjian kemanusiaan.
Sinwar disebut mencoba mengambil keuntungan dari ketegangan dengan Iran.
Baca juga: Hamas Tak Punya 40 Tawanan yang Masih Hidup seperti Kriteria Pertukaran Sandera yang Diminta Israel
Perkembangan terbaru perang Israel-Hamas
- Dikutip dari Al Jazeera, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah mendesak komunitas internasional untuk “bersatu dalam melawan agresi Iran” setelah serangan balasan Iran terhadap Israel pada Sabtu (13/4/2024) kemarin.
- Pejabat politik Hamas Ezzat El-Reshiq mengatakan, gencatan senjata permanen adalah satu-satunya jaminan yang dimiliki rakyat Palestina terhadap “pembantaian” Israel yang sedang berlangsung.
Tapi, menurutnya, Israel hanya menginginkan “perjanjian sementara”. - Tentara Israel telah memperbarui peringatan bagi warga Palestina untuk tidak kembali ke wilayah utara Gaza sehari setelah pasukan Israel menembaki warga sipil yang putus asa yang mencoba untuk kembali ke rumah mereka.
- Setidaknya dua warga Palestina lainnya telah terbunuh ketika gelombang kekerasan pemukim Israel terus berlanjut di Tepi Barat yang diduduki.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)