Sementara itu Ahmed Habib, Ahli Meteorologi di Pusat Meteorologi Nasional (NCM) UEA, mengatakan kepada Bloomberg bahwa beberapa penyemaian awan dilakukan beberapa hari sebelum curah hujan belum pernah terjadi sebelumnya.
Spekulasi tentang penggunaan penyemaian awan kemudian menyebabkan hujan dan banjir dibantah NCM. Kata Ahmed penyemaian garam di awan tidak dilakukan pada hari Selasa atau beberapa jam sebelum badai dan hujan besar terjadi di Dubai, namun ia mengatakan bahwa operasi penyemaian awan tersebut dilakukan pada hari Minggu dan Senin.
Maarten Ambaum, seorang profesor fisika dan dinamika atmosfer di Universitas Reading, menyatakan bahwa meskipun penyemaian awan dapat digunakan untuk menghasilkan hujan, biasanya tidak akan terjadi badai yang sangat parah seperti yang terjadi di Dubai.
"Pada tahun 50an dan 60an, orang masih berpikir untuk menggunakan penyemaian awan untuk menghasilkan peristiwa cuaca besar ini, atau mengubah peristiwa cuaca besar ini. Hal ini [telah] lama dianggap sebagai kemungkinan yang tidak realistis," katanya.
Giles Harrison, Profesor Fisika Atmosfer di Universitas Reading, mengatakan UEA memang melakukan operasi penyemaian awan, namun ada perbedaan besar antara awan yang menjadi target penyemaian dengan bahan penyemaiannya.
Para ahli juga mencatat kemungkinan dampak perubahan iklim terhadap pola cuaca yang intens di UEA menjadi salah satu penyebabnya.
Dim Coumou, seorang profesor iklim ekstrem di Vrije Universiteit Amsterdam, mengatakan curah hujan akibat badai petir, seperti yang terjadi di UEA dalam beberapa hari terakhir, mengalami peningkatan yang kuat seiring dengan pemanasan global.
'Hal ini karena adanya konveksi yang merupakan aliran udara ke atas yang kuat saat terjadi badai petir, akan menguat di dunia yang lebih hangat," katanya.(Daily Mail/Bloomberg/Reuters)