TRIBUNNEWS.COM - Gagal menghardik serangan Hamas 7 Oktober 2023, Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, Mayor Jenderal Aharon Haliva meletakkan jabatannya, Senin (22/4/2024).
Haliva menjadi tokoh senior pertama yang mengundurkan diri menyusul perang tersebut.
"Haliva meminta untuk menyudahi dinasnya sebagai bentuk tanggung jawab atas kepemimpinannya," ungkap militer dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan itu menambahkan Kepala Staf Militer Israel menerima permintaan pengunduran diri Haliva dan mengucapkan terima kasih atas pengabdiannya.
Pengunduran diri Haliva membuka kemungkinan dampak yang lebih besar di antara para petinggi keamanan Israel atas serangan Hamas.
Namun, keterangan mengenai waktu pengajuan pengunduran diri Haliva tidak jelas.
Meski Haliva dan pihak-pihak lain mengakui kesalahan karena gagal menghentikan serangan Hamas 7 Oktober, pihak lain diam saja, terutama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Serangan Hamas 7 Oktober telah memicu pembalasan tanpa henti terhadap kelompok militan yang menguasai Gaza sampai hari ini.
Berdasarkan laporan tersebut, jumlah korban tewas terbaru mencapai 34.582 warga Palestina dan 1.139 orang tewas di Israel sejak 7 Oktober.
Dikutip dari Al Jazeerea, pada Minggu malam (21/4/2024), melalui pidatonya, Netanyahu mengatakan akan lebih keras dalam menanggapi hamas.
"Satu-satunya cara untuk memulangkan para tawanan adalah melalui tekanan militer dan politik," katanya.
Ini bukanlah hal yang baru.
Pernyataan Neteanyahu sudah kerap dilontarkan, terutama dalam tujuh bulan terakhir.
Baca juga: Respon Hamas Soal Proposal Kesepakatan Pertukaran Sandera, Keukeuh Tuntut Gencatan Senjata Permanen
Amerika mengumumkan serangkaian sanksi baru terkait dengan pemukim Isreal di Tepi Barat yang diduduki pada Jumat (19/4/2024) kemarin.