TRIBUNNEWS.COM - Kabinet perang Israel bersidang di markas militer di Tel Aviv pada Kamis (25/4/2024).
Kini, persiapan Israel untuk serangan yang telah lama diperkirakan di Rafah tampaknya semakin meningkat.
Brigade Nahal ditarik dari Jalur Gaza untuk berlatih bersama Divisi 162 lainnya untuk operasi di masa depan, termasuk serangan Rafah yang akan datang.
Saat kabinet perang Israel bertemu, keluarga para sandera melakukan protes di luar kompleks untuk menuntut kesepakatan bagi pembebasan sandera.
Seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan, para menteri akan membahas inisiatif baru dalam negosiasi kesepakatan dengan Hamas.
“Ini adalah diskusi internal Israel. Itu tidak berarti ada tawaran dari Hamas atau salah satu mediator,” kata seorang pejabat, Kamis, dilansir The Times of Israel.
Kabinet keamanan yang lebih luas sebelum Paskah telah memberikan wewenang kepada kabinet perang untuk menetapkan tanggal serangan Israel di Rafah.
Menurut sumber pertahanan Israel yang tidak disebutkan namanya, serangan di Rafah telah siap dan menunggu persetujuan pemerintah.
Selanjutnya, rapat kabinet keamanan dijadwalkan setelah sidang kabinet perang.
Sementara itu, Israel dilaporkan bersedia untuk membatalkan permintaan awalnya kepada Hamas untuk membebaskan 40 sandera yang masih hidup sebagai imbalan atas gencatan senjata sementara di Gaza.
Hal ini setelah Hamas disebut menolak tawaran yang dibuat oleh perunding Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: AS-Israel Mulai Bangun Dermaga di Pantai Gaza untuk Kirim Bantuan ke Palestina
Beberapa situs media Ibrani melaporkan pada Kamis malam bahwa Israel kini bersedia menerima pembebasan 20 sandera saja dalam tahap pertama perjanjian gencatan senjata.
Namun, selama mereka yang dibebaskan adalah perempuan, laki-laki berusia di atas 50 tahun, dan mereka yang sakit parah.
Proposal terakhir membayangkan pembebasan 40 sandera dalam kategori tersebut, namun Hamas mengklaim bahwa mereka tidak menahan banyak sandera dalam kategori tersebut yang masih hidup.