TRIBUNNEWS.COM - Komandan Angkatan Darat Iran, Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi, mengatakan Iran tidak ingin berperang dengan Israel karena berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan itu.
"Republik Islam Iran tidak bermaksud untuk memperluas perang," kata Mousavi dalam kunjungannya ke pusat komando dan kendali operasi Angkatan Darat di Provinsi Kohgiluyeh dan Boyer-Ahmad, Kamis (25/4/2024).
Namun, ia memastikan Iran selalu siaga dan waspada dalam menghadapi ancaman.
Iran tidak akan menahan diri jika Israel kembali menyerang wilayahnya.
"Kami bisa meluncurkan rudal di mana saja di wilayah pendudukan (Israel) jika diperlukan," ujarnya.
Pernyataannya merujuk pada memanasnya hubungan Iran dan Israel setelah Israel menyerang konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April lalu.
Serangan itu menewaskan tujuh anggota IRGC termasuk Komandan Pasukan Quds elit Iran, Brigjen Mohammad Reza Zahedi.
Iran membalasnya dengan Operasi Janji Sejati, yang meluncurkan 300 rudal dan drone ke situs militer Israel pada 13 April, yang sebagian besar dilumpuhkan oleh jet dan pertahanan AS, Inggris, Prancis, dan Yordania.
Setelah serangan balasan tersebut, Iran mengancam dapat menyerang Israel dengan lebih cepat dan kuat jika Israel menyerang Iran lagi.
"Tanggapan Iran adalah tindakan pertahanan yang sah terhadap tindakan tidak sah dari rezim Zionis yang membunuh anak-anak," tegas Mayjen Iran, Abdolrahim Mousavi, dikutip dari RFERL.
Ia mengatakan Iran hanya menargetkan fasilitas militer Israel, sementara Zionis Israel membunuh anak-anak dan warga sipil yang tidak bersalah di Jalur Gaza dengan tindakan barbar.
Baca juga: Iran Kena Sanksi AS Gara-gara Balas Serangan Israel, Industri Drone Iran Masuk Daftar Hitam
Iran Bisa Hapus Israel jika Diserang Lagi
Setelah Iran meluncurkan Operasi Janji Sejati, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunda invasi ke Rafah di Jalur Gaza selatan, tempat 1,5 juta warga Palestina mengungsi.
Sementara itu, Presiden Iran, Ebrahim Raisi, memuji ketabahan warga Palestina dan kelompok perlawanan Palestina yang berada di Jalur Gaza.
Ebrahim Raisi berjanji untuk terus dengan hormat mendukung perlawanan Palestina.
“Republik Islam Iran dengan terhormat akan terus mendukung perlawanan Palestina,” katanya dalam kunjungannya ke Pakistan pada Selasa (23/4/2024).
Ia juga mengancam akan meruntuhkan Israel jika Israel mencoba menyerang Iran lagi.
“Jika rezim Zionis sekali lagi melakukan kesalahan dan menyerang tanah suci Iran, situasinya akan berbeda, dan tidak jelas apakah rezim ini akan tetap bertahan,” kata Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dikutip dari kantor berita negara Iran, IRNA, Selasa (23/4/2024).
Hubungan Israel dan Iran
Hubungan Israel dan Iran memburuk setelah revolusi Iran pada tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomenei.
Revolusi tersebut menumbangkan kekuasaan Syah (Raja) Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi, yang merupakan sekutu Amerika Serikat (AS), Inggris, dan mitra Israel.
Setelah revolusi Iran, Israel menuduh Iran yang menerapkan kebijakan anti-Israel, telah mendanai front perlawanan seperti Hamas, Jihad Islam Palestina (PIJ), Hizbullah, Houthi, kelompok perlawanan Irak, Lebanon, dan Suriah untuk melawan Israel, sebuah tuduhan yang dibantah Iran.
Ketegangan Iran dan Israel baru-baru ini terjadi di tengah perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza setelah operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 33.305 jiwa dan 77.293 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (26/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Iran VS Israel