TRIBUNNEWS.COM - Sebuah laporan bersama yang disiapkan oleh peneliti Ali Bakir, di Pusat Ilmu Humaniora dan Sosial Ibn Khaldun, dan Mehmet Raqiboğlu, di Pusat Dimensi untuk Studi Strategis di London, menarik perhatian pada pernyataan David Charters, profesor sejarah militer.
David Charters sebelumnya menyoroti praktek Israel yang menggunakan tentara asing dalam melancarkan aktivitas militernya.
Laporan terbaru itu membahas latar belakang praktek tersebut yang diterapkan sejak tahun 1940an, menjelang pembentukan Israel pada tahun 1948.
"Terorisme Zionis di Palestina pada tahun 1940-an sangat penting secara taktis dan strategis untuk menciptakan kondisi yang memfasilitasi berdirinya Israel dan pembentukan diaspora (pengusiran) Arab Palestina,” kata laporan yang dirilis oleh media Inggris, Middle East Eye, Rabu (1/5/2024).
Sebelum Israel didirikan, kelompok-kelompok militan Zionis yang mendukung pendirian Israel adalah cikal bakal tentara Israel.
"Ketika tentara Israel dibentuk, organisasi teroris Zionis seperti Haganah, Palmach dan Irgun, antara lain, menjadi tulang punggungnya," kata laporan itu.
David Ben-Gurion, yang kemudian menjadi perdana menteri pertama Israel, menyimpulkan kebijakan ini dengan menulis pada tahun 1937 bahwa “Kita harus mengusir orang-orang Arab dan menggantikan mereka.”
Laporan itu mengatakan para teroris asing membentuk tentara Israel dan diberi penghargaan dengan jabatan tinggi setelah pembantaian yang mereka lakukan terhadap warga Palestina dalam pendirian Israel.
"Praktik kuno yang menyerap pejuang asing ini masih aktif di tentara Israel hingga saat ini, sehingga lebih dari 23.000 warga Amerika saat ini bertugas di barisan Israel, dan sekitar 10 persen dari korban yang diderita tentara sejak invasi ke Gaza adalah orang Amerika," lanjut laporan itu.
Tentara Asing di Israel dan Tugasnya
Pada Desember lalu, seorang anggota parlemen Perancis mengungkapkan bahwa lebih dari 4.000 warga Perancis diwajibkan menjadi tentara Israel selama perang di Gaza.
Baca juga: Israel Mendirikan Pos Pemeriksaan, Halangi Pria Palestina untuk Keluar dari Rafah Sebelum Diserang
Dikatakan juga ada sekitar 1.000 warga Australia, 1.000 warga Italia, dan 400 warga India serta warga Inggris, Jerman, Kanada, Rusia, Ukraina, Finlandia, dan Afrika Selatan yang menjadi sumber pejuang asing untuk Israel.
Selain itu, Angkatan Darat Israel merekrut sukarelawan untuk membantu tugas-tugas seperti mengemas pasokan medis dan menyiapkan makanan tempur, dengan organisasi-organisasi yang mendatangkan ribuan sukarelawan dari puluhan negara di seluruh dunia.
Program-program semacam itu secara tidak langsung telah menanamkan doktrin kepada para sukarelawan untuk memperkuat hubungan antara mereka dan Israel serta tentaranya.
Ada program lain untuk merekrut sukarelawan asing yang didirikan beberapa dekade lalu.
Program itu termasuk memberikan dukungan kepada pejuang bermotivasi tinggi yang tidak memiliki keluarga di Israel.
Mereka berjumlah lebih dari 7.000 orang dan menerima dua kali gaji bulanan normal, seperti diberitakan Al Jazeera.
Menurut perkiraan tentara Israel, 35 persen tentara yang sendirian berasal dari Amerika Serikat dan pada tahun 2020, 9 persen berasal dari Kanada.
Keterlibatan warga asing ini dapat membawa mereka dalam kegiatan yang tidak etis, ilegal, dan kriminal, termasuk terlibat operasi tempur yang membunuh warga sipil, tinggal di pemukiman Israel, ditempatkan di wilayah pendudukan di Palestina, dan berpartisipasi dalam genosida di Jalur Gaza.
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.535 jiwa dan 77.704 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (1/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Xinhua News.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel