TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mendesak gerakan Palestina, Hamas, untuk menerima proposal kesepakatan gencatan senjata dengan Israel untuk menukar tahanan Israel dan Palestina.
Dia mengatakan kepada keluarga-keluarga sandera Israel bahwa AS tidak akan berhenti sampai semua orang kembali ke rumah.
"Ada usulan yang sangat kuat saat ini. Hamas perlu mengatakan ya," kata Antony Blinken kepada keluarga sandera Israel setelah ia bertemu Presiden Israel Isaac Herzog di Tel Aviv, Rabu (1/5/2024).
Hamas belum mengomentari pernyataan Antony Blinken.
Menteri Luar Negeri AS itu sebelumnya bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog dan mengatakan pemerintah AS bertekad untuk mencapai perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Antony Blinken juga menyalahkan kelompok Hamas jika kesepakatan gencatan senjata tidak tercapai.
“Dan satu-satunya alasan hal itu tidak tercapai adalah karena Hamas,” kata Antony Blinken, seperti diberitakan Anadolu.
Antony Blinken tiba di Israel kemarin pada pemberhentian ketiganya, setelah Arab Saudi dan Yordania, sebagai bagian dari tur regionalnya untuk melakukan pembicaraan guna mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Pada Senin (29/4/2024), Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, mengatakan proposal Israel yang disampaikan kepada Hamas mencakup gencatan senjata 40 hari dalam perang Gaza dan pembebasan kemungkinan ribuan tahanan Palestina sebagai imbalan atas pembebasan beberapa tawanan Israel.
Tawaran itu tidak mencakup gencatan senjata total di Gaza, seperti permintaan Hamas.
Hamas menuntut diakhirinya serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel.
Baca juga: Tawaran Final Buat Hamas, Israel Batal Kirim Delegasi ke Perundingan Gencatan Senjata di Kairo
Kesepakatan sebelumnya pada November lalu mencakup pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 perempuan dan 169 anak-anak.
Sementara itu, Israel menolak untuk mundur dari Jalur Gaza meski keduanya menyetujui proposal gencatan senjata.
"Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuannya adalah hal yang mustahil. Kami akan memasuki Rafah dan kami akan melenyapkan batalion Hamas di sana – dengan atau tanpa kesepakatan, untuk mencapai kemenangan total," kata Netanyahu, Selasa (30/4/2024), dikutip dari Al Jazeera.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.568 jiwa dan 77.765 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (1/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel