Meskipun orang kaya bekerja di kantor ber-AC, belajar di sekolah ber-AC, dan tinggal di rumah ber-AC, hal ini tidak tersedia atau tidak terjangkau bagi jutaan orang.
Baca juga: Gelombang Panas Melanda, Epidemiolog Ingatkan Potensi Wabah Hingga Pandemi
Suhu tinggi juga terbukti memperlambat fungsi kognitif otak.
Dalam sebuah penelitian pada tahun 2020 di Amerika Serikat, para peneliti menemukan bahwa siswa akan mendapatkan hasil yang lebih buruk pada tes standar jika mereka terkena suhu tinggi pada tahun sebelum ujian.
Makalah ini menyimpulkan bahwa suhu tahun ajaran yang lebih hangat sebesar 0,55 derajat Celcius mengurangi pembelajaran pada tahun tersebut sebesar satu persen – sebuah dampak yang hampir dapat dihilangkan seluruhnya jika ruang kelas memiliki AC.
"Perubahan iklim akan memperlebar kesenjangan pembelajaran antara negara-negara panas dan dingin," kata Josh Goodman, ekonom di Universitas Boston.
Jay-Em Estrella, seorang guru sains di sebuah sekolah swasta di Kota Quezon di Filipina, sependapat.
Meskipun kondisi kelas-kelasnya mengalami kesulitan, prospek sekolah negeri yang bergantung pada kipas angin bahkan lebih buruk lagi, dan dia khawatir akan konsekuensi jangka panjang terhadap pembangunan manusia.
Baca juga: Gelombang Panas Ekstrem Landa Asia, Filipina hingga Bangladesh Liburkan Ribuan Sekolah
"Kami baru saja pulih dari lockdown… dan sekarang kelas-kelas ditangguhkan karena sesuatu yang bisa membuat kami lebih tangguh," katanya.
"Kita sudah banyak mengalami kemunduran dalam sistem pendidikan kita… (panasnya) seperti mobil yang sudah rusak" lanjutnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)