Serius Mau Normalisasi, Arab Saudi Tangkapi Warganya yang Serang Israel di Medsos
TRIBUNNEWS.COM - Arab Saudi dilaporkan menggencarkan penangkapan terhadap warganya yang menyerang Israel secara online dalam platform media sosial terkait Perang Gaza.
Bloomberg dan TBS News melansir, hal itu dilakukan Arab Saudi ketika negara kerajaan itu mengisyaratkan kesiapannya untuk menyetujui hubungan diplomatik dengan negara Yahudi tersebut.
Amerika Serikat (AS) yang menjadi mak comblang, menyatakan, Arab Saudi mensyaratkan Israel untuk berkomitmen pada pengakuan negara Palestina, menerima solusi dua negara, dan menciptakan ketenangan di Timur Tengah.
AS menyebut, kesepakatan pada aspek bilateral dalam kerangka besar normalisasi dengan Israel, hampir dicapai dengan Arab Saudi.
Baca juga: AS: Kami Hampir Mencapai Kesepakatan dengan Arab Saudi Soal Aspek Bilateral Normalisasi Israel
Dalam ulasannya, The Business Standard (TBS) mengulas kalau penahanan terhadap warga karena berkomentar online – bahkan mereka yang berusia lebih dari 10 tahun – dan pembatasan kebebasan berbicara dan berekspresi politik adalah hal yang biasa di Arab Saudi.
"Namun serentetan penangkapan baru-baru ini dimotivasi oleh kekhawatiran keamanan khususnya terkait dengan invasi mematikan ke Israel oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober dan dampaknya, menurut diplomat dan kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Riyadh," kata laporan tersebut.
Pemboman balasan Israel terhadap Gaza dilakukan lebih keras dan telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, menurut pihak berwenang di Gaza.
Agresi Israel juga menyebabkan warga Palestina di Gaza mengalami kelaparan.
Hal ini memicu reaksi anti-Israel yang masif di dunia Arab dan di negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat, dimana bentrokan dengan kekerasan sering terjadi di kampus-kampus.
Ratusan demonstran ditangkap di AS pada hari Rabu kemarin.
Baca juga: Dari MIT Hingga Berkeley, Kampus-Kampus Elite AS Bergolak Bela Gaza: Mahasiswa Aktivis Ditangkapi
Laporan media Barat itu menyatakan kalau Arab Saudi dan sekutu regionalnya seperti Mesir dan Yordania khawatir pada tren ini anti-Israel ini.
"Disebutkan, negara-negara Arab di atas khawatir kalau Iran dan kelompok-kelompok lain anti-Israel akan mengeksploitasi konflik tersebut untuk memicu gelombang pemberontakan, kata beberapa orang, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sifat sensitif dari konflik tersebut," kata laporan TBS.
Trauma akan fenomena Arab Spring lebih dari satu dekade yang lalu masih segar di kalangan penguasa regional di Timur Tengah, yang sangat ingin menghindari terulangnya hal yang sama.