Insiden tersebut mencerminkan kurangnya kepercayaan yang ada dalam dewan perang antara Netanyahu di satu sisi dan Gantz serta Eisenkot di sisi lain.
Anggap Netanyahu Gagal dan Hidup dalam Ilusi
Sementara itu, keluarga para tahanan Israel yang ditahan di Gaza kemarin pagi menutup poros vital Ayalon yang menghubungkan kota-kota besar Tel Aviv, dan menuntut kesepakatan untuk membebaskan putra-putra mereka, dan menganggap bahwa invasi ke Rafah berarti menelantarkan nyawa para tahanan. .
Ini berarti tekanan bertambah buat Perdana Menteri Israel yang seara beruntun menghadapi tuduhan dari dalam Dewan Perang, dari pihak oposisi, dan dari keluarga para tahanan, kalau Netanyahu hanya memberikan prioritas pada kepentingan politiknya dengan menunda penyelesaian kesepakatan untuk memulihkan para tahanan Israel di Gaza.
Dalam konteks ini, ketua partai “Israel Rumah Kita”, Avigdor Lieberman, mengatakan kalau Netanyahu gagal dan hidup dalam ilusi dengan berbicara tentang kemenangan mutlak di Gaza.
Dia menambahkan, Netanyahu justru membawa Israel ke dalam bencana terbesar sejak berdirinya negara tersebut.
"Dia menyerukan Netanyahu untuk fokus pada Israel, tentang bagaimana mengakhiri perang dan mengembalikan orang-orang yang dia gambarkan sebagai diculik," menurut apa yang dilaporkan oleh surat kabar Yedioth Ahronoth.
Beberapa hari yang lalu, Kairo menyaksikan pembicaraan baru dalam upaya untuk memajukan negosiasi yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang mencakup gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan gerakan Hamas.
Sementara Netanyahu bersikeras untuk melanjutkan perang setelah kemungkinan terjadinya pertukaran, gerakan Hamas bersikukuh mensyaratkan kalau perjanjian apa pun harus mengarah pada penghentian agresi Israel dan penarikan pasukan pendudukan dari Jalur Gaza.
November lalu, pertukaran tahanan terjadi antara Hamas dan Israel sebagai bagian dari gencatan senjata yang berlangsung beberapa minggu.
Sementara itu, pemimpin Hamas Suhail al-Hindi mengatakan bahwa gerakan tersebut akan memberikan tanggapannya dalam waktu dekat.
Al-Hindi menambahkan, gerakan tersebut masih menuntut gencatan senjata permanen dan penarikan tentara Israel dari Jalur Gaza.
Pemimpin Hamas melanjutkan, gerakan tersebut “terbuka untuk dialog apa pun dengan mediator, baik dari Mesir atau Qatar, dan kami juga terbuka untuk semua inisiatif dalam upaya mengakhiri perang terhadap rakyat Palestina, tetapi dalam kondisi yang sangat jelas dan tidak dapat diabaikan. "
Sementara itu, anggota biro politik Hamas dan anggota tim perunding, Zaher Jabareen, mengatakan bahwa “situasinya sensitif,” dan menekankan bahwa keputusan akhir belum diambil.
(oln/khbrn/ya/berbagai sumber/*)