TRIBUNNEWS.COM - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan kemungkinan dampak buruk jika Israel tetap melancarkan invasi di Rafah.
Melalui akun X, Tedros mengungkapkan kekhawatirannya terkait rencana Israel serang Rafah.
Menurutnya, apabila Israel nekat melancarkan invasi, maka pertumpahan darah akan terjadi lagi di Rafah.
Tidak hanya, serangan ini akan membuat Rafah kehilangan sistem kesehatan.
“WHO sangat prihatin bahwa operasi militer skala penuh di Rafah, Gaza, dapat menyebabkan pertumpahan darah, dan semakin melemahkan sistem kesehatan yang sudah rusak,” kata Tedros di X, yang sebelumnya bernama Twitter, dikutip dari Al-Arabiya.
Dalam pernyataan lain, WHO juga mengatakan serangan Rafah akan meningkatkan angka kematian.
Keadaan juga akan menjadi jauh lebih buruh apabila rencana ini benar-benar dilakukan Israel.
“Gelombang baru pengungsian akan memperburuk kepadatan penduduk, semakin membatasi akses terhadap makanan, air, layanan kesehatan dan sanitasi, yang menyebabkan meningkatnya wabah penyakit, memperburuk tingkat kelaparan, dan bertambahnya korban jiwa,” kata badan kesehatan PBB dalam sebuah pernyataan.
Apabila sistem kesehatan di Rafah rusak akibat serangan Israel, maka semakin sulit untuk menyelamatkan para korban.
“Sistem kesehatan yang rusak tidak akan mampu mengatasi lonjakan korban dan kematian yang disebabkan oleh serangan di Rafah,” jelasnya.
Saat ini, di Rafah hanya tersisa tiga rumah sakit.
Namun sayangnya, ketiga rumah sakit tersebut saat ini susah dijangkau oleh pasien, staf, ambulans dan pekerj kemanusiaan.
Baca juga: POLITICO: Israel Berniat Pindahkan 1,2 Juta Warga Palestina dari Rafah ke Garis Pantai Gaza
Oleh karena itu, WHO mendesak untuk segera dilakukan gencatan senjata agar bantuan bisa segera sampai ke Gaza.
“WHO menyerukan gencatan senjata segera dan jangka panjang serta penghapusan hambatan dalam pengiriman bantuan kemanusiaan mendesak ke dalam dan di seluruh Gaza, pada skala yang diperlukan,” katanya.