News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berani Usir Ratusan Tentara AS dari Niger, Ini Sosok Jenderal Omar Tchiani?

Penulis: Hendra Gunawan
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Niger Abdourahman Tchiani alias Jenderal Omar Tchiani.

TRIBUNNEWS.COM -- Pasukan Amerika Serikat (AS) disebut-sebut akan berkemas-kemas untuk meninggalkan Niger, negara di barat Afrika.

Serdadu negeri Paman Sam ini telah diminta pergi oleh Presiden Niger Abdourahman Tchiani atau biasa disebut sebagai Jenderal Omar Tchiani.

Niger telah menghentikan kerjasama keamanan dengan AS dan Prancis, setelah bertahun-tahun negara itu terus bergejolak dan menghadapi para pemberontak yang terus meningkat.

Baca juga: Prancis akan Mundur dari Niger, Pulangkan Duta Besar dan 1.500 Tentara

AS dan Prancis sempat memiliki lebih dari 2.500 personel militer di wilayah tersebut dan bersama-sama dengan negara-negara Eropa lainnya telah menginvestasikan ratusan juta dolar dalam bantuan dan pelatihan militer.

Namun berdasarkan kabar Al Jazeera kini tentara AS menyisakan sebanyak 650 personel, sedangkan Prancis telah hengkang duluan.

Namun Prancis telah hengkang duluan dan kini pasukan AS yang masih bercokol di Niger berjumlah 650 personel. Pada sisi lain Niger juga telah mempersilakan ratusan pasukan Rusia yang telah datang dan kini menempati wilayah bandara di Niamey, ibu kota Niger.

Lantas siapakah Jenderal Omar Tchiani, pemimpin Niger yang telah berani-beraninya mengusir tentara AS.

Profil masa lalu Tchiani sendiri jarang terungkap. Sejumlah berita di media menyebut ia kelahiran Tillaberi tahun 1960, akan tetapi ada juga yang menyebut ia kelahiran 1964 di Toukounous.

Nama Omar Tchiani baru dikenal kala terjadi ledakan pesawat milik maskapai Prancis di dekat Bilma di Niger utara pada tahun 1989. Ledakan akibat bom koper tersebut menewaskan 170 penumpang. Reuter menyebut bahwa Tchiani adalah petugas yang pertama kali tiba di lokasi jatuhnya pesawat.

Setelah peristiwa tersebut karirnya menanjak dan pernah diangkat menjadi atase militer di kedutaan Niger di Jerman, kemudian memimpin batalion di Agadez, ibu kota penyelundupan dunia saat itu.

Saat menjadi komandan battalion tersebut, Tchiani menjadi terkenal karena sangat tegas terhadap para penyelundup manusia dan sering memimpin operasi di gurun Niger.

Baca juga: Waspada Diinvasi ECOWAS, Junta Niger Aktifkan Pasukan Siaga Penuh

Karir Tchiani terus menanjak dan ia ditunjuk untuk memimpin pengawal presiden oleh mantan Presiden Mahamadou Issoufou, pendahulu Bazoum. Meski demikian Tchiani tetap menjadi sekutu dekat Issoufou yang mengangkatnya menjadi jenderal pada tahun 2018.

Tchiani dilaporkan memimpin unit yang memblokir upaya kudeta di negara itu pada Maret 2021, ketika unit militer mencoba merebut istana presiden beberapa hari sebelum Bazoum yang baru saja terpilih akan dilantik.

Terpilihnya Bazoum menandai peralihan kekuasaan demokratis dan damai pertama di Niger sejak kemerdekaannya dari Perancis pada tahun 1960. Begitu ia menjabat, ia mengangkat sang jenderal sebagai kepala pengawal presiden, sebuah unit khusus yang beranggotakan sekitar 2.000 tentara.

Namun Tchiani pada Juli 2023 mempelopori penggulingan terhadap Presiden Bazoum. Ia kemudian menunjuk dirinya sendiri menjadi Presiden setelah Bazoum ditangkap.

Masih diberitakan Reuters, motif dari kudeta tersebut masih belum ada konfirmasi dari sang presiden baru. Meski demikian Paul Melly, pakar Niger di lembaga pemikir Chatham House yang berbasis di London, kepada Al Jazeera mengatakan, informasi yang ada saat itu presiden yang digulingkan itu ingin memecatnya beberapa hari sebelumnya.

Ada juga spekulasi bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh usia sang jenderal, yang berusia 62 tahun, atau dugaan adanya ketidakpuasan di antara beberapa elemen tentara termasuk di dalam pengawal presiden.

Ilustrasi kerja sama keamanan Niger dengan Amerika Serikat

Al Jazeera tidak dapat memverifikasi spekulasi ini secara independen.

Alasan lain yang mungkin, kata Melly, adalah bahwa Bazoum ingin “menunjukkan dirinya sebagai orangnya sendiri” dari kepresidenan Issoufou dengan mengubah komposisi pengawal presiden, termasuk menggantikan Tchiani.

Juru bicara Angkatan Darat Niger Kolonel Mayor Amadou Adramane berbicara saat tampil di televisi nasional, setelah Presiden Mohamed Bazoum ditahan di istana presiden, di Niamey, Niger, 26 Juli 2023 dalam foto yang diambil dari video.

Tampil di televisi pemerintah pada hari Jumat, Tchiani mengatakan Niger perlu mengubah arah untuk menghindari “kehancuran bertahap dan tak terelakkan” sehingga ia dan pihak lain memutuskan untuk melakukan intervensi.

Di tengah ketidakpastian yang terjadi setelah kudeta tersebut, banyak laporan yang menyebut dia sebagai orang di balik pengambilalihan militer.

Anggota unit khusus yang dipimpin oleh Tchiani menahan Bazoum di dalam istana presiden, sehingga mendorong para pemimpin daerah untuk mengatur misi mediasi cepat dalam upaya mencegah kudeta.

Beberapa jam kemudian, sekelompok tentara muncul di televisi nasional negara Afrika Barat tersebut dan mengaku telah mengambil alih kursi kepresidenan.

“Pasukan pertahanan dan keamanan telah memutuskan untuk mengakhiri rezim yang Anda kenal,” kata Kolonel-Mayor Amadou Abdramane dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi nasional, dikelilingi oleh sembilan pria berseragam, yang merupakan bagian dari kelompok yang menyerukan sendiri adalah Dewan Nasional untuk Perlindungan Negara.

Putus Kerja Sama Keamanan dengan AS

Kini hampir setahun setelah berkuasa, Omar Tchiani mulai berani membantah AS yang telah lama menjalin kerja sama dengan para pendahulunya.

Sang jenderal lebih memilih bekerjasama dengan Rusia.

Militer AS memiliki ratusan tentara yang ditempatkan di sebuah pangkalan udara besar di Niger utara yang mengerahkan penerbangan di wilayah Sahel yang luas – di selatan Gurun Sahara – tempat kelompok jihad yang terkait dengan al-Qaeda dan kelompok ISIS beroperasi.

Tak jelas apa yang mendorong keputusan junta untuk menangguhkan hubungan militer. Juru bicara junta, Kolonel Mayor Amadou Abdramane, mengatakan penerbangan AS di atas wilayah Niger dalam beberapa pekan terakhir adalah ilegal.

Sementara itu, Insa Garba Saidou, seorang aktivis lokal yang membantu penguasa militer Niger dalam komunikasi mereka, mengkritik upaya AS yang memaksa junta memilih mitra strategis.

“Pangkalan Amerika dan personel sipil tidak bisa lagi tinggal di tanah Niger,” katanya kepada The Associated Press.

Setelah perjalanannya pada bulan Desember, Merry Phee, utusan utama AS, mengatakan kepada wartawan bahwa dia melakukan “diskusi yang baik” dengan para pemimpin junta dan meminta mereka untuk menetapkan batas waktu pemilu dengan imbalan memulihkan hubungan militer dan bantuan.

Namun dia juga mengatakan AS telah memperingatkan Niamey agar tidak menjalin hubungan lebih dekat dengan Rusia.

Negara tetangganya, Mali dan Burkina Faso, yang masing-masing mengalami dua kudeta sejak tahun 2020, telah meminta bantuan keamanan kepada Moskow. Setelah kudeta di Niger, militer juga meminta bantuan kelompok tentara bayaran Rusia Wagner.

Cameron Hudson, yang bertugas di Badan Intelijen Pusat dan Departemen Luar Negeri di Afrika, mengatakan bahwa insiden tersebut menunjukkan berkurangnya pengaruh AS di wilayah tersebut dan bahwa Niger marah dengan upaya Washington untuk menekan junta agar menghindari Rusia.

“Ini ironis karena salah satu mantra dari Pemerintahan Biden adalah bahwa masyarakat Afrika bebas memilih pasangannya,” katanya.

Kunjungan delegasi AS bertepatan dengan awal Ramadhan, bulan puasa subuh hingga senja dan salat berjamaah bagi umat Islam. Pemimpin junta Niger, Jenderal Abdourahmane Tchiani, menolak bertemu mereka. Konferensi pers AS di kedutaan besar di Niger dibatalkan.

Juru bicara junta, yang berbicara di televisi pemerintah, mengatakan para pemimpin junta bertemu dengan delegasi AS hanya untuk alasan sopan santun dan menggambarkan nada bicara mereka yang merendahkan.

Aneliese Bernard, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS yang berspesialisasi dalam urusan Afrika dan direktur Strategic Stabilization Advisors, sebuah kelompok penasihat risiko, mengatakan kunjungan baru-baru ini telah gagal dan AS perlu melihat secara kritis bagaimana mereka melakukan diplomasi tidak hanya di Niger.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini