TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam beberapa hari terakhir ribuan mahasiswa di berbagai universitas di Amerika Serikat (AS) berunjuk rasa mendukung Palestina atas agresi militer Israel di Gaza.
Gelombang dukungan dari berbagai civitas akademika universitas di AS datang dari universitas-universitas top seperti University of California Los Angeles (UCLA), Columbia University di New York, George Washington University di Washington DC, dan beberapa kampus lainnya.
Bahkan beberapa kampus di AS menggelar perkemahan di dalam kampus untuk terus memprotes agresi militer Israel di Gaza.
Aksi demonstrasi berujung kericuhan dan ribuan mahasiswa telah ditangkap aparat.
Lebih dari 2.600 orang telah ditangkap di 50 kampus dalam protes pro-Palestina, menurut Associated Press.
Polisi kadang-kadang menggunakan peralatan antihuru-hara, kendaraan taktis dan peranti lain untuk membersihkan tenda-tenda dan gedung-gedung yang diduduki mahasiswa.
Polisi memaksa masuk ke kampus menangkap para pemprotes yang mendirikan tenda karena dianggap melanggar jam malam.
Baca juga: Relawan Gaza Temukan 7 Kuburan Massal Ratusan Warga Palestina di 3 RS yang Dihancurkan Israel
Merambah ke Pilpres 2024 ke AS
Para Senator Partai Republik pada Rabu (1/5/2024) mengutuk demonstrasi pro-Palestina yang terjadi di universitas-universitas di seluruh Amerika Serikat dan meminta Presiden Joe Biden untuk mengecam protes tersebut.
Berbicara di Capitol Hill, Senator dari Arkansas Tom Cotton mengecam demonstrasi mahasiswa dan perkemahan di seluruh AS.
Dia menjulukinya para pendemo mendirikan “Gaza Kecil,” dan mencela mereka sebagai “kotoran kebencian anti-Yahudi yang menjijikkan, penuh dengan simpatisan pro-Hamas, fanatik, dan orang-orang aneh.”
Sementara itu calon kuat kandidat capres dari Partai Republik, Donald Trump, Minggu (5/5?2024) kembali menyampaikan kritiknya terhadap demonstrasi-demonstrasi pro-Palestina.
Trump juga memasang pesan di platform media sosialnya, Truth, bahwa “Biden adalah alasan semua demonstrasi yang menjijikkan ini.”
Pakar politik dari University of Michigan Michael Traugott mengatakan jelas ini merupakan strategi politik Trump untuk memanfaatkan dukungan bagi terpilihnya kembali Joe Biden.
“Ia (Trump) menginginkan adanya unjuk ras. Dia ingin para pengunjuk rasa, termasuk mahasiswa, ditangkap dan dikeluarkan dari kampus. Namun, dia tidak mengerti atau tidak mau mengakui bahwa presiden hanya memiliki sedikit kendali langsung atas semua ini," ujar Traugott.
Lebih jauh Traugott mengatakan jika demonstrasi pro-Palestina, yang sudah terjadi di 43 kampus terkemuka AS berlanjut, dikhawatirkan akan berdampak pada pemilu presiden November nanti.
"Saya pikir protes-protes tersebut secara umum menguntungkan Donald Trump karena bertentangan dengan pandangan sebagian besar pendukungnya. Dan mereka akan lebih mungkin untuk memilih, sementara di sisi lain, mereka dapat menekan jumlah pemilih di kalangan anak muda, sebagian besar dari Partai Demokrat, yang akan mendukung Joe Biden," imbuhnya.
Sementara itu Presiden AS Joe Biden yang juga kandidat capres untuk pertama kalinya mengatakan a akan menghentikan pengiriman senjata AS ke Israel jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan operasi besar-besaran di Rafah.
Bagaimana di Indonesia?
Di Indonesia, sebanyak 172 universitas di bawah naungan Forum Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (FR PTMA) se-Indonesia menggelar aksi bela Palestina secara serentak, Selasa (7/5/2024) lalu.
Termasuk unjuk rasa dari kalangan civitas akademika dari Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Sebanyak kurang lebih 500 orang, terdiri atas Rektor, dosen serta ratusan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) mendatangi Kantor DPRD Kabupaten Purworejo untuk menyampaikan aspirasinya.
Aksi damai ini semula digelar di depan Kampus UMP, massa kemudian melakukan konvoi menuju kantor DPRD Purworejo dan melakukan orasi di depan kantor tersebut.
"PTMA se-Indonesia hari ini menggelar aksi serentak,” kata Rektor UMP, Teguh Wibowo, di sela aksi tersebut, Selasa (7/5/2024).
Aksi serupa juga digelar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Aisyiyah dan Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Malang, dan sejumlah kampus universitas Muhammadiyah di Indonesia.