Sebagai informasi, Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei melarang pengembangan senjata nuklir dalam sebuah fatwa pada awal tahun 2000-an.
Khamenei juga mengulangi pendiriannya pada tahun 2019.
“Membuat dan menimbun bom nuklir adalah salah dan menggunakannya adalah haram (dilarang secara agama). Meskipun kita punya teknologi nuklir, Iran dengan tegas menghindarinya," ungkapnya kala itu.
Namun, menteri intelijen Iran saat itu mengatakan pada tahun 2021 bahwa tekanan Barat dapat mendorong Teheran untuk mencari senjata nuklir.
Tahun lalu Iran memperlambat laju pengayaan uraniumnya, yang dipandang sebagai isyarat niat baik ketika pembicaraan informal dimulai dengan Amerika Serikat.
Namun, Iran kemudian mempercepat produksi uranium yang diperkaya 60 persen pada akhir tahun 2023, menurut IAEA.
Tingkat pengayaan sekitar 90 persen diperlukan untuk keperluan militer, sebuah langkah teknis yang singkat.
Baca juga: Yakin Gencatan Senjata di Palestina Kian Dekat, Menlu Iran: Asalkan AS Tak Khianati Janjinya
Teheran secara konsisten menyangkal ambisinya untuk mengembangkan senjata nuklir, dan bersikeras bahwa aktivitas atomnya sepenuhnya untuk tujuan damai, meskipun para ahli mengatakan bahwa tidak ada penggunaan uranium yang diperkaya hingga tingkat tersebut untuk kepentingan sipil.
Israel dan negara-negara lain juga menuduh Iran berusaha membuat senjata nuklir meskipun ada larangan.
Grossi memperingatkan tahun lalu bahwa Teheran memiliki cukup uranium yang diperkaya untuk “beberapa” bom nuklir jika mereka memilih untuk membuatnya.
Sementara itu, pada April 2024, Iran dan Israel mencapai tingkat ketegangan tertinggi.
Teheran secara langsung meluncurkan sekitar 300 rudal dan drone terhadap Israel sebagai pembalasan atas dugaan serangan mematikan Israel di kompleks kedutaan besarnya di Damaskus.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Iran Vs Israel