TRIBUNNEWS.COM, AS - Amerika Serikat (AS) sejak dulu kerap mengklaim sebagai negara besar paling demokratis di dunia.
Demokrasi dimana sistem pemerintahan yang membuat setiap warga negara memiliki hak setara dalam proses pengambilan keputusan.
Termasuk memperhatikan suara rakyat tanpa harus membungkamnya.
Namun apa yang terjadi akhir-akhir di Amerika sungguh di luar dari pakem sebagai negara demokratis.
Pengunjuk rasa dibungkam dikejar masuk kampus
Dalam beberapa hari terakhir ribuan mahasiswa di berbagai universitas di Amerika Serikat (AS) berunjuk rasa mendukung Palestina dan menolak tegas agresi militer Israel di Gaza yang menelan puluhan ribu korban jiwa manusia.
Gelombang dukungan dari berbagai civitas akademika universitas di AS datang dari universitas-universitas top seperti University of California Los Angeles (UCLA), Columbia University di New York, George Washington University di Washington DC, dan beberapa kampus lainnya.
Bahkan beberapa kampus di AS menggelar perkemahan di dalam kampus untuk terus memprotes agresi militer Israel di Gaza.
Baca juga: Apresiasi Sidang Majelis Umum PBB, HNW: Sesuai Konstitusi Indonesia Harus Dukung Palestina Merdeka
Aksi demonstrasi berujung kericuhan dan ribuan mahasiswa telah ditangkap aparat.
Polisi AS memaksa masuk ke kampus dan membubarkan pengunjuk rasa dengan kekerasan.
Polisi kadang-kadang menggunakan peralatan antihuru-hara, kendaraan taktis dan peranti lain untuk membersihkan tenda-tenda dan gedung-gedung yang diduduki mahasiswa.
Lebih dari 2.600 orang telah ditangkap di 50 kampus dalam protes pro-Palestina, menurut Associated Press.
Protes Anggota Kongres
Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Cori Bush dan Rashida Tlaib pada Rabu (9/5/2024), menyatakan dukungannya terhadap pengunjuk rasa pro-Palestina yang ditangkap oleh polisi di Universitas George Washington (GWU).
“Mahasiswa melakukan protes di seluruh negeri karena mereka yakin pemerintah kita telah gagal mengakui rasa kemanusiaan semua orang,” kata Bush pada konferensi pers bersama para mahasiswa.
“Mereka melakukan protes karena menentang sikap diam dan keterlibatan pemerintah kami dalam kematian sedikitnya 35.000 warga Palestina,” tambah dia.
Pernyataannya muncul setelah polisi membubarkan tenda perkemahan pro-Palestina di GWU pada Rabu pagi.
Ratusan mahasiswa menyatakan dukungan untuk masyarakat Palestina di Gaza dan mereka menuntut agar kampus mereka memutuskan hubungan dengan Israel.
Mengundang rekan-rekannya di Kongres AS untuk bergabung dengan dirinya dan Tlaib serta “para mahasiswa pemberani sepanjang sejarah,” Bush mengatakan, “Kita harus mendengar tuntutan para mahasiswa ini karena kami sangat yakin bahwa perubahan harus terjadi.”
Protes pro-Palestina yang digelar di kampus telah berlangsung sejak 17 April lalu, ketika mahasiswa Universitas Columbia di New York meluncurkan sebuah perkemahan sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza dan menuntut agar sekolah mereka memutuskan hubungan dengan Israel.
Polisi usir 'secara paksa' para demonstran
Seorang mahasiswa dari GWU, Kali, mengatakan perkemahan mereka dan aksi protes terhadap genosida yang sedang berlangsung di Gaza dengan cepat mendapat dukungan masyarakat yang luar biasa “lebih dari yang pernah kami bayangkan.”
“Kami, sebagai mahasiswa Amerika menyadari bahwa merupakan keharusan moral kami sebagai manusia untuk mengambil sikap tegas terhadap keterlibatan universitas kami dalam genosida ini dan semua kekejaman yang telah dilakukan Israel terhadap masyarakat adat Palestina selama lebih dari 75 tahun,” ungkap Kali.
Siswa lainnya, Miriam, mengatakan GWU telah membuang hampir semua sumber daya yang ditinggalkan di perkemahan setelah Departemen Kepolisian Metropolitan secara paksa mengusir semua demonstran.
Moataz, siswa lainnya, mengatakan dia mengalami cedera serius di tangan kirinya akibat intervensi polisi dan terkena gas merica yang intens.
“Serangan brutal terhadap mahasiswa dan anggota komunitas DC tadi malam dilakukan atas permintaan Universitas George Washington,” tambah dia.
Di saat bentrokan dengan polisi di Universitas Columbia, Universitas Negeri Portland, dan Universitas California, Los Angeles (UCLA) telah menarik perhatian global, di sisi lain demonstrasi dan aksi duduk juga digelar di kampus-kampus di beberapa wilayah Eropa, termasuk Prancis, Belanda dan Swiss.
Sumber: AP/Anadolu