Knesset Israel: Netanyahu Ngibul, Tak Satu Pun dari 24 Brigade Hamas yang Dihancurkan di Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Knesset Israel, Amit Halevi, Jumat (17/5/2024) mengkonfirmasi kalau 24 brigade militer Hamas masih ada di Gaza dan tidak satupun dari sayap militer gerakan pembebasan itu dihancurkan oleh IDF meski sudah melancarkan bombardemen menyeluruh selama 7 bulan.
Amit Halevi menambahkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berbohong kepada rakyat Israel dan membesar-besarkan pencapaian tentara IDF dalam perang Gaza.
Baca juga: Poin-Poin Pernyataan Terbaru Brigade Al Qassam: 100 Ranpur Israel Hancur dalam 10 Hari
"Selain kegigihan Hamas, gerakan Jihad Islam (PIJ) masih ada, dan mereka (Netanyahu dan pejabat lain Israel) berbohong kepada kami bahwa gerakan-gerakan itu telah dilenyapkan,” kalau Halevi dalam wawancaranya dengan Channel 14 Israel, dilansir Memo.
Sementara itu, surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengutip Menteri Ekonomi dan Industri, Nir Barkat, yang mengatakan bahwa Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant justru membawa Israel ke tingkat keamanan terendah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Itu mengerikan. Kami telah memberi waktu tujuh bulan kepada Netanyahu dan Gallant , tetapi mereka tidak mencapai hasil apa pun,” katanya.
Baca juga: Seruan Serangan Besar ke Mesir Menggema di Israel: Tolak Hamastan dan Fathistan di Gaza Pasca-Perang
Malah Ribut Sendiri Soal 'The Day After' di Gaza
Media Israel itu mengatakan pernyataan Gallant mengenai 'The Day After', rencana masa depan Jalur Gaza justru mengungkapkan garis kesalahan yang secara bertahap memburuk dalam kepemimpinan politik dan keamanan dalam beberapa bulan terakhir.
Pada hari Rabu, Gallant mengatakan dia akan menentang “pemerintahan militer Israel apa pun di Jalur Gaza,” karena “hal itu akan berdarah dan memakan biaya, serta akan berlangsung selama bertahun-tahun.”
Dia menambahkan bahwa upayanya untuk mengangkat masalah pemerintahan di Gaza setelah perang “tidak mendapat tanggapan dari pemerintahan Netanyahu”.
Gallant juga menyerukan agar pemerintahan Netanyahu mengumumkan bahwa “Israel tidak akan mengambil kendali sipil atas Jalur Gaza.”
Menanggapi pernyataan Gallant, Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, mengatakan: “Gallant telah gagal sejak 7 Oktober, dan harus diganti, untuk mencapai tujuan perang.”
Gallant Ingin PA Dipersenjatai dan Kelola Jalur Gaza
Alih-alih mendukung rencana Israel mengambil alih Gaza secara militer, Yoav Gallant menyatakan lebih baik kendali wilayah kantung Palestina itu diberikan ke Otoritas Palestina dan mempersenjatainya.
Pernyataan Gallant ini membuat anggota koalisi Netanyahu berang dan mendesak perdana menteri untuk memecat sang menteri pertahanan karena penolakannya terhadap kendali jangka panjang Israel atas Gaza.
Friksi ini menandakan semakin dalamnya perpecahan dalam pemerintahan Israel.