Meskipun satelit tidak dapat melihat turbulensi, mereka dapat melihat struktur dan bentuk aliran jet sehingga memungkinkan untuk dianalisis.
Radar dapat mendeteksi turbulensi badai, namun turbulensi udara jernih hampir tidak terlihat dan sulit dideteksi.
Penerbangan yang bergejolak tidak hanya tidak nyaman, tetapi juga dapat menyebabkan cedera bagi penumpang dalam penerbangan.
Turbulensi parah sangat jarang terjadi, namun turbulensi di udara jernih bisa terjadi secara tiba-tiba, ketika penumpang tidak mengenakan sabuk pengaman.
“Tidak seorang pun boleh berhenti terbang karena mereka takut akan turbulensi, namun masuk akal untuk tetap mengenakan sabuk pengaman setiap saat, kecuali jika Anda sedang bergerak, dan itulah yang dilakukan pilot,” kata Prof Williams.
"Itu hampir merupakan jaminan bahwa Anda akan aman bahkan dalam turbulensi terburuk sekalipun," ujarnya.
Diketahui, kekinian Pesawat Singapore Airline mengalami turbulensi parah saat perjalanan dari London ke Singapura.
Penerbangan pesawat Boeing 777-300 ER bernomor SQ321 tersebut kemudian dialihkan mendarat ke Bandara Suvarnabhumi Bangkok (BKK) dan mendarat pukul 15.45 waktu Bangkok atau pukul 08.45 GMT.
Sebelumnya, British Airways BA 12 tujuan Singapura-London menggunakan Boeing 777-300 pada 15 Juni 2023 mengalami turbulensi parah di atas Perairan Andaman.
Penumpang dan awak cedera dalam apa yang disebut sebagai turbulensi terburuk yang pernah dialami maskapai ini selama bertahun-tahun.
Kemudian, Malaysia Airlines MH370 tujuan Kuala Lumpur-Beijing hilang kontak pada 8 Maret 2014 silam.
Sebelum dinyatakan hilang kontak pesawat tersebut berdasarkan radar terakhir melintas di Perairan Andaman.
Sepuluh tahun berlalu hingga kini pesawat tersebut belum ditemukan.(BBC)