Hukum Internasional Cuma Angin Lalu, Tank Israel Capai Pusat Kota Rafah, IDF Kerahkan 18 Ribu Tentara
- 6 brigade IDF saat ini beroperasi di Rafah, konfirmasi Juru Bicara IDF
- Operasi IDF meluas: Tank Israel mencapai pusat kota Rafah
TRIBUNNEWS.COM - Tentara Israel (IDF) benar-benar menganggap hukum internasional yang sudah diserukan berbagai badan dunia, termasuk Mahkamah Internasional (ICJ) sebagai angin lalu.
Mengabaikan perintah penghentian agresi di Rafah, Kota di Gaza Selatan tempat jutaan pengungsi berada, Tentara IDF justru memperluas operasi militer daratnya di sana.
Baca juga: Pasukan Israel Mundur dari Jenin, Tentara IDF: Perlawanan di Gaza dan Tepi Barat Sama Kerasnya
Hal ini ditandai oleh masuknya tank Israel pertama kali ke pusat kota sejak penyeberangan Rafah dikuasai Israel, Selasa (28/5/2024).
"Tank-tank Israel tersebut terlihat di dekat Masjid Al Odeh, sebuah landmark utama di Rafah," kata para saksi mata kepada Reuters.
Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas
Kerahkan Semua Kekuatan Darat
IDF mengumumkan pihaknya mengerahan enam brigade untuk mengintensifkan operasi mereka di wilayah tersebut.
Perlu dicatat, brigade adalah satuan militer di bawah divisi, yang terdiri dari 3.000 sampai 5.000 orang,
Artinya, IDF mengerahkan minimal 18 ribu tentara mereka ke lokasi di mana mereka mengarahkan para pengungsi untuk pindah ke tempat yang mereka gambarkan sebagai 'zona aman' di awal-awal pecahnya perang.
'Zona aman' itu kini mereka banjir dengan pemboman buta yang menyasar banyak warga sipil, termasuk anak-anak dan kaum wanita.
Baca juga: Yordania Kutuk Israel Atas Pembantaian Rafah, Ratu Rania: Korban Digiring Lalu Dibakar Saat Tidur
Di antara brigade IDF yang terlibat adalah Brigade Lapis Baja 401, Brigade Nahal, Brigade ke-12, dan Brigade Baysalah.
Nama brigade terakhir punya catatan khusus.
Brigade Baysalah biasanya berfungsi sebagai sekolah pelatihan tempur tetapi kini beroperasi penuh dalam situasi darurat ini.
Artinya, IDF malah mengerahkan hampir semua kekuatan tempur darat mereka ke Rafah di saat dunia internasional menghujani mereka dengan tekanan untuk berhenti.
Baca juga: Tank-Tank IDF Menyemut, AS: Israel Kerahkan Kekuatan yang Cukup untuk Besar-besaran Menyerang Rafah
Manuver strategis ini bertujuan untuk memperluas operasi darat ke arah barat laut menuju pusat Rafah.
Sejalan dengan serangan darat ini, pasukan tambahan secara aktif bekerja di dekat poros Philadelphia di perbatasan Mesir dengan dalih untuk membongkar terowongan Hamas.
Upaya bersama ini adalah bagian dari tujuan Israel yang lebih luas untuk mengganggu kemampuan operasional Hamas di wilayah tersebut.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) melaporkan bahwa lebih dari satu juta warga Gaza terpaksa mengungsi di tengah konflik yang sedang berlangsung di Rafah.
Banyak yang mencari perlindungan di bagian utara Rafah, sementara yang lain pindah ke zona kemanusiaan di Al-Mawasi, Khan Yunis, dan berbagai kamp di seluruh Jalur Gaza tengah.
Pembangkangan Terang-terangan
Manuver terbaru ini Israel sebelumnya didahului oleh serangan dengan menggunakan bom ke tenda-tenda Rafah.
Pembantaian ini menjadi bukti baru kekejaman dan pembangkangan terang-terangan Israel kepada Hukum Internasional.
Kekejaman Israel di Gaza menjadi pembangkangan terang-terangan terhadap hukum internasional, sesuatu yang tidak dapat diterima kata pelapor PBB, Francesca Albanese.
Israel harus menghadapi sanksi, keadilan, penangguhan perjanjian, perdagangan, kemitraan, investasi, serta partisipasi dalam forum internasional, kata Francesca Albanese
Pelapor khusus PBB untuk Palestina pada hari Senin mengkritik “kekejaman” Israel terhadap warga Palestina, dan mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan “tekanan eksternal” terhadap negara tersebut untuk menghentikan “genosida di Gaza.”
“Lebih banyak kengerian di Gaza,” kata Francesca Albanese di X.
“Pasukan pendudukan Israel telah mengebom sebuah kamp pengungsi Palestina di #Rafah, menyebabkan tenda-tenda plastik terbakar dan secara tragis membakar orang-orang hidup-hidup,” keluhnya.
“Kekejaman ini, serta pembangkangan terang-terangan terhadap hukum dan sistem internasional, tidak dapat diterima,” kritik pejabat tersebut.
Albanese lebih lanjut menyerukan kepada komunitas internasional: “Genocida Gaza tidak akan berakhir dengan mudah tanpa tekanan dari luar: Israel harus menghadapi sanksi, keadilan, penangguhan perjanjian, perdagangan, kemitraan dan investasi, serta partisipasi dalam forum internasional.”
Israel telah membunuh hampir 36.000 warga Palestina di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Kampanye militer telah mengubah sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang menjadi reruntuhan, menyebabkan sebagian besar warga sipil kehilangan tempat tinggal dan berisiko kelaparan.
Serangan tersebut terjadi meskipun ada keputusan Mahkamah Internasional yang memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada tanggal 6 Mei.
(oln/i24/anadolu/rtrs/*)