TRIBUNNEWS.COM - Menurut laporkan yang diterbitkan oleh The New York Times, Kementerian Urusan Diaspora Israel diduga mengorganisir kampanye di media sosial untuk mempengaruhi anggota parlemen AS agar mendukung tindakan Israel dalam perangnya di Gaza.
Mengutip pejabat dan dokumen yang tidak disebutkan namanya, surat kabar AS tersebut melaporkan bahwa kementerian tersebut membayar $2 juta untuk kampanye itu.
Juga disebutkan Israel menyewa Stoic, sebuah perusahaan pemasaran politik di Tel Aviv, untuk melaksanakannya.
Dikatakan, kampanye tersebut dimulai pada bulan Oktober.
Bahkan saat ini masih berlangsung di X, lapor The New York Times.
Mereka menggunakan ratusan akun palsu yang menyamar sebagai orang Amerika asli di X, Facebook dan Instagram untuk mengirim komentar pro-Israel.
Akun-akun tersebut dilaporkan menargetkan anggota parlemen AS, terutama mereka yang berkulit hitam dan Demokrat, dengan postingan yang mendesak mereka untuk terus mendanai militer Israel.
Di belahan dunia lainnya, anggota Parlemen Prancis membuat gaduh sesi sidang pada Selasa (4/6/2024).
Anggota parlemen sayap kiri di parlemen Prancis pada hari Selasa (4/6/2024) menghadiri sesi sidang dengan mengenakan pakaian yang mewakili warna bendera Palestina.
Dikutip dari Anadolu, di majelis rendah parlemen atau Majelis Nasional, beberapa anggota parlemen sayap kiri mengenakan pakaian berwarna hijau, yang lain mengenakan pakaian hitam dan merah.
Sisanya mengenakan pakaian putih, mewakili warna bendera Palestina.
Baca juga: Korban Tewas di Gaza Meningkat, Setidaknya Nyawa 36.586 Warga Palestina Direnggut Israel
Sesi tersebut dihentikan setelah Rachel Keke, anggota partai sayap kiri La France Insoumise (LFI).
Ia pun memuji berkibarnya bendera Palestina, seperti yang dilakukan rekan anggotanya Sebastien Delogu pekan lalu, yang berbuntut pada skorsing selama 15 hari.
“Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak,” kata Ketua Parlemen Yael Braun-Pivet, dikutip dari video yang dibagikan Middle East Eye di X.