News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Perawat AS Asal Palestina Dipecat dari Pekerjaannya usai Gambarkan Perang di Gaza sebagai Genosida

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hassan Jabr, seorang perawat di Amerika Serikat (AS) yang berasal dari Palestina dipecat dari pekerjaannya karena komentar soal perang di Gaza.

TRIBUNNEWS.COM - Seorang perawat di Amerika Serikat (AS) yang berasal dari Palestina dipecat dari pekerjaannya karena komentar soal perang di Gaza.

Pihak administrasi rumah sakit di negara bagian New York, Amerika, mengeluarkan perawat Hassan Jabr setelah dia menyebut kalau perang di Gaza sebagai genosida.

Jabr menyampaikan komentar kerasnya disela-sela saat berpidato di acara Mercy Award yang dianugrahkan oleh NYU Langone Medical Center pada Rabu (29/5/2024) yang lalu.

"Saya sedih melihat perempuan di negara saya menderita kerugian yang tak terbayangkan dalam genosida di Jalur Gaza," katanya disela-sela pidato.

Hari itu, setelah acara, Jabr mengumumkan melalui akun media sosialnya bahwa dirinya dipecat dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Ya, Jabr dikeluarkan buntut dari pidatonya di upacara bergengsi tersebut, Paltodaytv melaporkan.

Rumah sakit kemudian mengonfirmasi bahwa Jabr dipecat dari pekerjaannya.

Sebelumnya Jabr juga pernah diperingatkan rumah sakit agar tidak mengungkapkan pandangannya mengenai konflik Israel-Hamas di tempat ia bekerja.

Israel melancarkan perang di Gaza sejak 7 Oktober 2023 kemarin.

Sejauh ini, perang telah merenggut lebih dari 36.000 orang.

Lebih dari 117.000 warga Palestina tewas atau terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan.

Baca juga: Situasi Makin Ngeri di Jalur Gaza, Orang-orang Terbangun di Tengah Dentuman Bom Artileri

Sekitar 10.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang menghantui warga Gaza.

Israel terus melanjutkan perang ini.

Pemerintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bahkan mengabaikan resolusi Dewan Keamanan yang menuntut agar mereka segera menghentikan pertempuran.

Lebih dari 9.000 warga Palestina ditangkap di Tepi Barat sejak 7 Oktober

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini