Kapal pencari berusaha mendeteksi sinyal ultrasonik yang mungkin berasal dari kotak hitam pesawat dan bangkai kapal, namun tidak pernah menemukan pesawat tersebut.
Pada bulan Juli 2015, sebuah fragmen yang kemudian dikonfirmasi sebagai flaperon dari MH370 ditemukan di Pulau Reunion Prancis di bagian barat Samudra Hindia, bukti kuat pertama bahwa MH370 mengakhiri penerbangannya di Samudra Hindia.
Beberapa puing lainnya kemudian ditemukan terdampar di pantai timur Afrika. Pencarian MH370 dihentikan pada Januari 2017.
Januari 2018, perusahaan robotika kelautan Ocean Infinity melakukan pencarian dengan fokus pada area di utara pencarian sebelumnya, yang diidentifikasi oleh studi aliran puing. Tapi setelah beberapa bulan pencarian diakhiri tanpa hasil.
Salah satu alasan mengapa pencarian besar-besaran gagal adalah karena tidak ada yang tahu persis, di mana mencari bangkai pesawat itu.
Samudera Hindia merupakan samudra terluas ketiga di dunia, dan pencarian dilakukan di wilayah yang sulit, di mana para pencari menghadapi cuaca buruk dan kedalaman laut rata-rata sekitar 4 kilometer.
Pesawat yang menghilang di laut dalam memang sangat sulit untuk ditemukan. Selama 50 tahun terakhir, puluhan pesawat hilang dan tidak bisa ditemukan, menurut Aviation Safety Network.
Pemerintah Malaysia secara konsisten mengatakan mereka hanya akan melanjutkan pencarian, jika ada bukti baru yang dapat dipercaya.
Saat ini mereka sedang mempertimbangkan proposal Ocean Infinity untuk pencarian baru dengan teknologi baru, meskipun tidak jelas apakah perusahaan tersebut memiliki bukti baru mengenai lokasi pesawat.