Konflik yang berlangsung selama sebulan itu berakhir dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menyerukan perlucutan senjata aktor non-negara di Lebanon dan penarikan Hizbullah di utara sungai Litani.
Israel sering menuduh Hizbullah melanggar resolusi tersebut dengan melakukan kegiatan di dekat perbatasan.
Israel berpendapat pasukan penjaga perdamaian Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) telah gagal menegakkan zona penyangga.
Para pejabat Hizbullah dan Lebanon juga menuduh pasukan Israel sering melanggar resolusi tersebut dengan menduduki pos-pos perbatasan dan melakukan penerbangan rutin di atas wilayah Lebanon.
Meskipun insiden terus terjadi di sepanjang Jalur Biru yang memisahkan Israel dan Lebanon, perang di Gaza telah memicu pecahnya kekerasan terbesar sejak tahun 2006.
Sering kali ada kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan di antara keduanya.
Pada Maret lalu, IDF mengumumkan pembentukan brigade pendaki gunung baru untuk beroperasi di sepanjang perbatasan utara dengan Lebanon dan Suriah.
Juru bicara Hizbullah lantas merespons, mengatakan kepada Newsweek mereka siap melawan segala kemungkinan dan perubahan apa pun.
Sementara itu, Hizbullah mengklaim setidaknya 10 serangan baru sepanjang hari Rabu (5/6/2024), menargetkan posisi militer di Israel utara dan wilayah Peternakan Shebaa yang diduduki Israel.
Operasi tersebut dikatakan dilakukan dengan menggunakan roket, drone, mortir, dan senjata anti-tank.
Sebagai informasi, Hizbullah mulai baku tembak dengan Israel pada 8 Oktober 2023, sehari setelah kelompok militan Palestina Hamas menyerang komunitas di Israel selatan dan memicu perang Gaza.
Baca juga: Israel vs Hizbullah Terancam Perang Skala Penuh, Hizbullah Ingin Israel Hentikan Genosida di Gaza
Hizbullah, sekutu Hamas, mengatakan serangannya bertujuan untuk mendukung warga Palestina yang dibombardir Israel di Gaza.
Kekerasan tersebut merupakan bagian dari dampak regional dari perang Gaza, yang telah menarik militan yang didukung Iran di seluruh wilayah tersebut.
Hizbullah secara luas dianggap sebagai anggota paling kuat dari jaringan yang didukung Iran, yang dikenal sebagai Axis of Resistance atau Poros Perlawanan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)