TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Superioritas udara militer Israel perlahan mulai terkikis, menyusul rontoknya sejumlah pesawat tanpa awak atau drone mereka yang ditembak kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Terbaru, Tel Aviv dilaporkan kehilangan drone Hermes 900 yang dipersenjatai dengan rudal.
Dalam keterangannya, Hizbullah mengaku bertanggung jawab dan mengatakan pasukannya telah menembak jatuh drone Hermes 900 di wilayah udara Lebanon.
Media setempat menyatakan, ini adalah Hermes 900 ketiga yang dijatuhkan Hizbullah sejak perang dimulai Oktober 2023.
Dengan jatuhnya Hermes 900 ketiga, Hizbullah telah menembak jatuh total 7 drone Israel sejak bulan Oktober, yang mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi Israel.
Namun, arti penting sebenarnya terletak pada kenyataan bahwa supremasi udara Israel yang dulunya tidak tertandingi kini berada di bawah ancaman.
Pengamat Timur Tengah dari Cardiff University, Amal Saad, mengatakan, selain menjatuhkan drone, Hizbullah telah menantang keunggulan ini dengan menargetkan jet Israel.
"Hizbullah berhasil memaksa jet tempur Israel mundur dari wilayah udara Lebanon pada dua kesempatan minggu lalu, menyusup ke Israel dengan drone mereka sendiri tanpa terdeteksi atau dicegat, dan bahkan menyerang Iron Dome Israel," tulisnya di media sosial X.
Ia juga menyoroti, bagaimana Hizbullah membalikkan keadaan dengan tidak hanya menciptakan zona penyangga di wilayah Israel untuk pertama kalinya dalam sejarah, memaksa puluhan ribu warga Israel meninggalkan pemukiman di utara, namun juga dengan menggunakan Galilea sebagai laboratorium penelitian dan pengembangan untuk melakukan uji coba. persenjataannya.
"Ini sebuah kebalikan dari taktik lama Israel melawan Lebanon. Jelas bahwa Israel kini menghadapi ancaman paling signifikan dalam sejarahnya dan sedang melawan musuh jenis baru."
Menurut Amal Saad, pendekatan Hizbullah saat ini menandai perubahan signifikan dari strategi sebelumnya, yang fokus utamanya adalah mencegah pendudukan Israel dan meraih kemenangan hanya dengan bertahan hidup.
"Hizbullah kini melakukan serangan terhadap Israel, terlibat dalam perang gesekan yang berkepanjangan. Tujuan gerakan ini telah berkembang lebih dari sekadar kelangsungan hidup dan pembebasan wilayah Lebanon; kini mereka berupaya memaksa Israel untuk mengubah perilaku dan perhitungannya dengan mengenakan biaya yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Ia melanjutkan, lebih jauh lagi, alih-alih melawan kecanggihan Israel dengan “kesederhanaan”, Hizbullah, seperti yang digambarkan Sayyid Hasan Nasrallah pada perang tahun 2006, mereka kini menghadapi tantangan dan ancaman musuhnya secara langsung dengan keberanian dan persenjataan yang lebih canggih.
Akhir dominasi udara Israel?
Sementara Almayadeen dalam laporannya juga mengulas bahwa penggunaan kemampuan pertahanan udara yang efektif oleh Hizbullah telah menimbulkan ketakutan di Israel.
Superioritas udara mereka mulai dipertanyakan sebagai akibat dari operasi tersebut.
Dominasi Angkatan Udara Israel telah lama disebut-sebut sebagai elemen penting bagi mereka saat menghadapi musuh-musuhnya.
Namun, perkembangan terkini di Lebanon menantang narasi ini.
"Jatuhnya pesawat tak berawak Israel dan beberapa insiden di mana pesawat tempur terpaksa mundur karena upaya intersepsi menandakan perubahan penting," tulis Almayadeen.
Hal yang sangat penting dalam operasi hari ini adalah bahwa drone tersebut dipantau oleh Pertahanan Udara Hizbullah selama jangka waktu yang cukup lama sebelum tiba di titik penyergapan.
Media Israel mencatat insiden tersebut dan mengatakan bahwa peristiwa tersebut merupakan pukulan terhadap superioritas Israel dan merupakan pesan dari Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayyid Hassan Nasrallah.
Memperluas poin tersebut, media Israel mengatakan bahwa inti dari pesan tersebut adalah bahwa Hizbullah “tahu cara menjatuhkan F-16 dan F-15 [Israel]".
Hizbullah belum mengungkapkan bahwa sistem pertahanan udara digunakan dalam menjatuhkan drone tersebut dan telah menjelaskan secara terbuka melalui Sekretaris Jenderalnya bahwa mereka akan merahasiakan sistem tersebut.
Peristiwa hari Senin ini juga merupakan insiden terdalam yang jatuhnya drone Hermes 900 Israel di Lebanon, karena drone tersebut dilaporkan jatuh di dekat Gunung al-Rihan yang terletak sekitar 17 km dari garis penarikan Israel dari Lebanon Selatan.
Pada kejadian sebelumnya, drone Hermes 900 jatuh masing-masing di Deir Meimas pada 6 April 2023 dan Deir Kifa pada 1 Juni 2024.
Spesifikasi Hermes 900
- Hermes 900 adalah drone intai dengan kualifikasi MALE (Medium Altitude Long Endurance).
- Hermes 900 ditopang satu unit mesin propeller Rotax 914 dengan kekuatan 115 hp.
- Hermes 900 memiliki berat penuh 1,1 ton.
- Hermes 900 dapat melesat sampai kecepatan maksimum 112 km per jam
- Hermes 900 sanggup terbang terus-menerus selama 36 jam pada ketinggian 9.100 meter.
- Hermes 900 dapat digunakan untuk misi militer dan sipil.
- Hermes 900 dapat melakukan dukungan pengintaian dan misi patroli maritim untuk pelanggan angkatan laut dan lembaga pemerintah sipil.
Mengutip Almayedeen, setiap drone Hermes 900 membutuhkan biaya produksi sekitar 10 juta dolar dan Angkatan Udara Israel mengoperasikan sekitar 25 unit.
Setelah tiga drone ditembak Hizbullah, AU Israel "hanya" memiliki 22 unit.
Hal ini menjadikan drone ini sangat berharga karena kelangkaannya, serta kemampuannya untuk menyelesaikan operasi pengintaian yang kompleks dan membawa persenjataan mematikan yang digunakan dalam serangan presisi.
Rudal Falaq-2 mulai dikeluarkan
Akhir pekan lalu, Hizbullah dilaporkan menembakkan sejumlah roket Falaq-2 buatan Iran.
Roket itu digunakan Hizbullah dalam serangannya yang menargetkan pos militer Israel di Beit Hillel.
Ini adalah pertama kalinya Hizbullah dilaporkan menggunakan roket Falaq-2. Sebelumnya, Hizbullah sudah mengerahkan Falaq-1 yang memiliki hulu ledak lebih kecil.
Melansir dari Yedioth Ahronoth, Falaq-2 dibuat di Iran dan memiliki hulu ledak seberat 60 kg. Roket ini memiliki jangkauan hingga 11 kilometer.
Sebelum melontarkan klaimnya itu, Hizbullah mengaku "terpaksa" meningkatkan balasannya terhadap Israel karena adanya pelanggaran aturan dalam konflik.
Adapun sehari sebelum serangan di Beit Hillel, Israel diserang oleh sebuah drone atau pesawat tanpa awak milik Hizbullah yang meledak di Lembah Jezreel.