TRIBUNNEWS.COM - Kelompok Hizbullah menembak jatuh drone Israel yang terbang di langit Lebanon bagian selatan.
Dilansir PressTV, Hizbullah dalam pernyataannya pada hari Senin (10/6/2024) menyebut, pejuangnya telah menembak jatuh drone Hermes 900 menggunakan senjata pertahanan udaranya.
Militer Israel mengonfirmasi, sebuah drone ditembak jatuh di Lebanon oleh rudal permukaan-ke-udara.
“Sebuah rudal permukaan-ke-udara diluncurkan ke arah UAV IAF (Angkatan Udara Israel) yang beroperasi di wilayah udara Lebanon,” kata IDF dalam sebuah pernyataan.
"Drone itu rusak dan jatuh di wilayah Lebanon."
Hizbullah juga meningkatkan penggunaan drone untuk menyerang posisi militer Israel dalam beberapa bulan terakhir.
Kamis (6/6/2024) lalu, kelompok perlawanan Lebanon untuk pertama kalinya menggunakan rudal anti-pesawat terhadap jet Israel.
Secara terpisah, Hizbullah mengatakan, pihaknya menyerang sebuah pos militer Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki dengan “skuadron drone” pada hari Senin.
Dalam sebuah pernyataan, kelompok tersebut mengatakan mereka telah melukai tentara Israel dan membakar sebagian pos terdepan.
Hizbullah juga mengatakan, pihaknya melakukan serangan udara dengan segerombolan drone terhadap markas komando Divisi 146 tentara Israel yang baru didirikan di sebelah timur kota Nahariya di utara Israel di wilayah pendudukan.
Melalui pernyataan di Telegram, Hizbullah menyebut, serangan tersebut mengakibatkan tewasnya atau terlukanya pasukan Israel serta kehancuran dan kebakaran di wilayah pemukiman mereka.
Baca juga: Pertama Kalinya, Hizbullah Tembakkan Roket Falaq-2 Buatan Iran, Bombardir Pos Israel di Beit Hillel
Dikatakan bahwa operasi tersebut merupakan respons terhadap serangan Israel terhadap desa Aitaroun dan Markaba di Lebanon yang menewaskan dua orang pada hari Sabtu (8/6/2024).
Rezim Israel melancarkan perang di Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober 2023 setelah kelompok perlawanan Palestina pimpinan Hamas melakukan Operasi Badai Al-Aqsa terhadap entitas pendudukan.
Militer Israel juga telah melakukan serangan terhadap wilayah Lebanon sejak saat itu, yang memicu serangan balasan dari Hizbullah untuk mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Hizbullah berjanji untuk terus melakukan operasi pembalasan selama rezim Israel terus melakukan serangan gencarnya di Gaza.
Sekilas tentang Hermes 900
Mengutip Almayadeen, Hermes 900, juga dikenal sebagai "Kochav", dirancang dan diproduksi oleh perusahaan teknologi keamanan Israel Elbit Systems.
Hermes 900 utamanya digunakan untuk misi intelijen, pengawasan, akuisisi target, pengintaian (ISTAR), dan pengintaian udara.
Ini adalah UAV medium-altitude long-endurance (MALE) dengan lebar sayap 15 meter (49 kaki).
Hermes 900 memiliki berat lepas landas maksimum sekitar 1.180 kilogram (2.600 pon).
Dioperasikan oleh Skuadron 166 Angkatan Udara Israel, Hermes 900 memiliki berat 970 kg, memiliki muatan maksimum 350 kg, dan mencapai ketinggian maksimum 30.000 kaki.
Drone ini dilengkapi berbagai sensor dan muatan, termasuk kamera elektro-optik/inframerah (EO/IR), radar aperture sintetis (SAR), radar patroli maritim, sistem intelijen sinyal (SIGINT), dan kemampuan peperangan elektronik (EW).
Hermes 900 menikmati ketahanan penerbangan maksimum hingga 36 jam dalam satu serangan mendadak, sehingga memungkinkannya melakukan misi jangka panjang.
Pesawat tanpa awak ini ini dioperasikan dari jarak jauh dari stasiun kendali darat (GCS) oleh tim operator dan menggunakan tautan data yang aman untuk komunikasi dengan stasiun kendali darat, memungkinkan kendali dan transmisi data secara real-time.
Hermes 900 mulai beroperasi dengan Angkatan Udara Israel pada tahun 2012 dan digunakan selama perang pendudukan Israel di Jalur Gaza pada tahun 2014.
Ini adalah pesawat pengintai tak berawak terbesar kedua setelah Heron TP, juga dikenal sebagai Eitan, yang dikembangkan oleh Industri Dirgantara Israel.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)