Pada hari Kamis, Hizbullah melancarkan serangan rudal terhadap sembilan lokasi tentara Israel secara bersamaan, serangan roket terbesar sejak Oktober.
Serangan Hizbullah dari Lebanon menjadi semakin tepat dalam beberapa bulan terakhir setelah kelompok perlawanan berhasil menghancurkan lebih dari 1.500 pos dan perangkat intelijen Israel.
Analis Israel telah menetapkan bahwa melancarkan serangan skala besar terhadap Lebanon akan mendorong Hizbullah untuk menembakkan ribuan roket dan rudal presisi ke Israel setiap hari, yang mereka perkirakan akan menghancurkan sistem pertahanan udaranya dan menyebabkan kehancuran besar di kota-kota Israel.
Namun banyak tokoh politik dan pertahanan Israel terus menyerukan invasi darat penuh ke Lebanon dan pemboman ibu kotanya, Beirut.
Pada tanggal 5 Juni, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menyerukan untuk memperluas perang di Gaza dan menyerang Lebanon selatan selama pidato Hari Yerusalem.
Memimpin massa dalam nyanyian kemenangan, Ben Gvir mengatakan bahwa Israel hanya akan menang setelah mereka “memasuki seluruh Gaza dan berjuang sampai kemenangan.”
“Dan untuk meraih kemenangan, kita harus pergi ke utara dan melawan Hizbullah dan menghancurkan mereka,” teriaknya kepada massa.
Pada tanggal 12 Juni, harian berbahasa Ibrani Walla melaporkan bahwa para pejabat senior AS menyatakan keprihatinan bahwa Israel berencana untuk melakukan langkah proaktif melawan perlawanan Lebanon di wilayah utara dan memicu perang besar-besaran tanpa strategi yang jelas.
“AS khawatir Israel akan mengambil langkah proaktif yang akan berujung pada perang dengan Hizbullah atau terseret ke dalam perang tersebut tanpa strategi yang jelas dan tanpa memikirkan beberapa langkah ke depan mengenai konsekuensi dari skenario seperti itu,” jurnalis Israel Barak Ravid mengutip pernyataan pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
(Sumber: The Cradle)