Sementara itu. Wakil Sekretaris Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), K.H. Khariri Makmun turut menyayangkan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan penderitaan rakyat Palestina untuk melancarkan narasi politik apapun, termasuk narasi khilafah.
“Mem-framing isu kemanusiaan di Palestina dengan agenda khilafah justru akan merugikan rakyat Palestina,” kata Khariri.
Dia menyebut Palestina sudah menjadi isu global yang berkaitan dengan pelanggaran HAM, genosida, dan kejahatan kemanusiaan. Aktor-aktor yang menggerakkan isu Palestina semakin meluas dan tidak dibatasi oleh sentimen negara, suku, dan ras.
Ia mengajak semua pihak untuk menunjukkan kepeduliannya dengan mengawal kemerdekaan dan keadilan bagi Palestina agar tidak ditumpangi pengusung ideologi khilafah.
“Mari kita tunjukkan kepedulian bersama dengan mengawal kemerdekaan dan keadilan untuk Palestina agar tidak ditumpangi oleh pengusung ideologi khilafah,” katanya.
Adapun ekonom Mumtaz Foundation yang juga dosen senior bidang sejarah ekonomi di Institut Agama Islam Tazkia, Nurizal Ismail, menegaskan bahwa aksi bela Palestina tak ada kaitannya dengan isu khilafah.
Aksi tersebut murni mengangkat isu kemanusiaan yang telah lama dialami warga Palestina atas penindasan negeri zionis, Israel.
“Jadi, jangan dibawa-bawa kepada isu khilafah karena tidak ada sangkut pautnya. Malah, itu bisa mencoreng nama Islam itu sendiri. Aksi kemanusiaan lebih baik yang dilakukan,” pungkas dia.