Saksi mata menyebutkan pasukan Israel melepaskan sejumlah tembakan tahap dua yang menewaskan pengungsi yang keluar dari tenda mereka.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan rumah sakit darurat Palang Merah dibanjiri oleh pra korban.
ICRC mengecam tindakan penembakan dengan “peluru berkaliber besar” itu.
Menurut ICRC, ada ratusan orang yang tinggal di tenda dekat rumah sakit itu. Di antara mereka ada staf rumah sakit.
Associated Press menyebut, berdasarkan data yang diberikan pihak rumah sakit Palang Merah, lokasi serangan itu sepertinya berada di luar “zona aman” yang dirancang oleh Israel, yakni Muwasi.
Militer Israel menyebut serangan itu sedang “ditinjau”. Namun, Israel mengklaim tidak ada indikasi bahwa serangan itu dilakukan oleh IDF.
Sebelumnya, Israel juga sudah pernah menyerang lokasi di dekat Muwasi.
Baca juga: Pejabat Senior Listrik: Israel Tak Dapat Dihuni jika Terjadi Perang Habis-habisan Lawan Hizbullah
Salah seorang pengungsi bernama Mona Ashout kehilangan suaminya karena serangan Israel di dekat rumah sakit itu.
“Kami berada di dalam tenda kami, dan mereka menyerang dengan ‘bom suara’ di dekat tenda Palang merah, dan kemudian suami saya keluar saat bunyi pertama,” kata Ashour.
“Dan mereka menyerang dengan bom kedua, yang sedikit lebih dekat dengan pintu masuk Palang Merah.”
Sementara itu, pengungsi lainnya yang bernama Hasan al-Najjar menyebut putranya tewas saat membantu orang-orang yang panik setelah serangan pertama.
“Mereka ingin menyelamatkan para wanita, dan mereka menyerang dengan peluru kedua, dan kedua putra saya mati syahid. Mereka menyerang tempat ini dua kali,” kata al-Najjar.
(Tribunnews/Febri)