TRIBUNNEWS.COM - Serangan rudal ATACMS oleh Ukraina atas Sevastopol di Krimea dan menewaskan 4 orang termasuk anak-anak dan melukai 151 orang lainnya hari Minggu, 23 Juni 2024, benar-benar sebuah tamparan keras ke Rusia.
Berdasarkan analisis militer, serangan rudal Ukraina ke Sevastopol tersebut sudah disiapkan dengan amat matang.
Ukraina tidak melakukan serangan militer ini sendiri. Negara yang sedang berkonflik dengan Rusia ini dibekingi militer Amerika Serikat.
Rudal ATACMS yang dipakai tentara Ukraina menghajar Sevastopol, dipasok oleh Amerika Serikat.
Amerika Serikat juga mengoperasikan drone Global Hawk RQ-4 AS sebagai mata-matanya.
Drone ini diterbangkan AS di wilayah udara di atas Laut Hitam di tenggara Krimea pada saat Angkatan Bersenjata Ukraina menyerang Sevastopol menggunakan rudal ATACMS yang membawa bom tandan.
Keterlibatan Washington dalam serangan rudal Ukraina di Sevastopol tidak dapat disangkal, mengingat serangan tersebut dilakukan dengan rudal ATACMS buatan AS yang diprogram oleh spesialis Amerika Serikat,
"Sementara drone pengintai RQ-4 Global Hawk AS beroperasi di dekat Krimea pada hari itu," sebut Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya, Senin 24 Juni 2024.
Sevastopol merupakan bagian dari Krimea, wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia tahun 2014 dan kini jadi bagian dari teritori Rusia.
Umumkan Keadaaan Darurat di Sevastapol dan Jadi Hari Berkabung
Gubernur Sevastopol Mikhail Razvozhayev langsung mengumumkan keadaan darurat di kota Krimea setelah serangan pasukan Ukraina pada hari Minggu, mengutip laporan kantor berita Rusia, TASS.
Dalam sebuah dekrit, ia mengeluarkan instruksi “untuk mengumumkan keadaan darurat negara di kota Sevastopol sampai pemberitahuan lebih lanjut,” dengan alasan keadaan darurat di seluruh wilayah.
Keputusan tersebut dikeluarkan setelah Ukraina menyerang infrastruktur sipil di Sevastopol menggunakan rudal taktis ATACMS yang dilengkapi dengan munisi tandan pada hari Minggu.
Sementara empat rudal ditembak jatuh, rudal kelima meledak di atas kota. Empat orang, termasuk dua anak-anak, tewas dalam serangan itu, dan lebih dari 150 lainnya terluka, kata Razvozhayev.
Komite Investigasi Rusia telah meluncurkan penyelidikan kriminal atas serangan teroris tersebut.