Pemerintah Rusia langsung menetapkan tanggal 24 Juni sebagai hari berkabung. Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan belasungkawa kepada warga Sevastopol.
Baca juga: Rusia Marah dan Siap Balas AS Atas Serangan Rudal ATACMS Ukraina ke Sevastopol
“AS sangat terlibat dalam hal ini,” kata Earl Rasmussen, pensiunan letnan kolonel Angkatan Darat AS dan konsultan internasional, kepada Sputnik, mengomentari serangan rudal Ukraina ke Sevastopol tersebut.
“Mereka juga memiliki bom curah sebagai amunisinya. Biasanya, di sebagian besar negara, hal ini tidak dapat diterima,” sebutnya.
Pakar tersebut mengatakan, “sangat mungkin Global Hawk memberikan informasi pengintaian, penargetan, dan informasi panduan untuk ATACMS itu sendiri.”
Pada hari Minggu pukul 12:15 waktu setempat, Ukraina menyerang kota Sevastopol di Rusia dengan lima rudal ATACMS yang dilengkapi bom tandan.
Pertahanan udara Rusia mencegat empat rudal, namun ledakan hulu ledak cluster kelima menyebabkan kematian empat warga sipil dan 153 lainnya terluka, menurut otoritas setempat.
Pemerintah AS mengakui pada Oktober 2023 bahwa mereka secara diam-diam telah memberi Ukraina model ATACMS dengan jangkauan 165 kilometer.
ATACMS dengan jangkauan lebih jauh, yang mampu menyerang sasaran pada jarak hingga 300 kilometer, diam-diam dimasukkan dalam paket bantuan senilai $300 juta dan dikirim ke Ukraina pada bulan April.
Kedua varian ATACMS memiliki hulu ledak cluster, yang dilarang oleh Konvensi internasional tentang aminisi curah, namun AS menolak untuk menandatanganinya.
Pada bulan Mei, Politico melaporkan bahwa setelah Ukraina menerima rudal ATACMS.
Mereka juga menyatakan minatnya untuk memperoleh drone mata-mata MQ-9 Reaper dari AS, menekankan bahwa mereka memerlukan kemampuan pengawasan baru untuk menyerang sasaran Rusia “jauh di belakang garis depan.”
Baca juga: Ukraina Tak Lagi Tertarik Hancurkan Jembatan Krimea, Ini Sebabnya
Komentator EurasiaTimes menyatakan bahwa “dengan akuisisi varian ATACMS yang mampu menjangkau jarak 300 kilometer, pemikiran di Ukraina adalah bahwa memasangkannya dengan kendaraan udara tempur tak berawak (UCAV) yang sudah mapan adalah satu-satunya cara untuk mencapai beberapa keunggulan dalam artileri besar dan perang yang berpusat pada sistem darat."
The Defense Post juga melaporkan bahwa ATACMS dan MQ-9 Reaper buatan AS “dapat bekerja bersama-sama di Ukraina, dengan Reaper mengumpulkan informasi target dan ATACMS memastikan serangan yang presisi.”
AS telah berulang kali menolak memberikan sistem drone canggihnya ke Ukraina, karena khawatir drone tersebut akan ditembak jatuh dan ditangkap oleh pasukan Rusia.
Baca juga: Citra Satelit Tangkap Pergerakan Kapal Angkatan Laut Rusia, Dipindahkan dari Pelabuhan Sevastopol