News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Debat Panas Knesset: Lapid Teriak-teriak Sebut PM Israel Gagal Tangani Perang, Netanyahu Menyeringai

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Bobby Wiratama
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Debat Panas Knesset, Lapid dan Netanyahu

TRIBUNNEWS.COM - Oposisi Israel memulai diskusi yang dikenal sebagai 'diskusi 40 tanda tangan' di Knesset pada Senin (24/6/2024).

Mereka mengatakan diskusi ini daiadakan untuk membahas 'kegegalan pemerintahan'.

Diskusi ini tidak hanya dihadiri oleh oposisi Iseael, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga tampak hadir di rapat tersebut.

Namun sayangnya rapat ini berujung menjadi debat panas.

Anggota oposisi Israel dan koalisi penguasa Netanyahu saling angkat bicara.

Hingga tiba giliran Netanyahu untuk berbicara.

Ia menguraikan keadaan perang.

Kemudian ia menyinggung orang-orang yang menganggap remeh pemerintahan Netanyahu dalam menangani peperangan di Gaza.

“Mereka terus mengulangi dengan segala cara bahwa tentara Israel tidak bisa menang. Mereka menghina dan menormalisasi kekerasan. Itu hanyalah minoritas yang vokal,” jelasnya, dikutip dari Al Mayadeen.

Selama Netanyahu berpidato, tampaknya anggota Knesset Yorai Lahav dan Mickey Levy dari partai Yesh Atid tidak mendengarkannya.

Yedioth Ahronoth mengatakan selama Netanyahu berpidato, Sharren Haskel dari Partai Persatuan Nasional meneriaki perdana menteri.

Ia menuduh Netanyahu sengaya tidak mengizinkan IDF untuk melakukan hal yang sama demi kemenangan Israel.

Baca juga: Netanyahu Hadapi Tuduhan Kebocoran Rahasia Negara, Yair Lapid: Pemerintahan Israel Perlu Digulingkan

Tidak hanya Haskel yang menyoraki Netanyahu.

Pemimpin oposisi Yair Lapid juga meneriaki Netanyahu.

Ia langsung menaiki podium yang berada di depan Netanyahu dan memutus pidatonya.

Lapid berteriak menentang pemerintahan Netanyahu yang menurutnya hanya untuk kepentingan politik saja.

"Tidak akan ada museum yang diberi nama Anda, tidak ada alun-alun, jembatan, atau bandara. Hanya akan ada satu hal, 7 Oktober, dan museum itu akan menggunakan nama Anda," katanya.

Ia kemudian menegaskan bahwa upaya Netanyahu saat ini hanya untuk mengalihkan tanggung jawab atas kegagalan 7 Oktober.

Netanyahu juga hanya memfitnah pasukan Israel dan Shin Bet.

Mendengar teriakan Lapid, Netanyahu hanya menanggapinya dengan senyuman sinis.

Kemudian PM Israel ini melanjutkan pidatonya dan berganti menyerang Lapid.

Ia menuduh Lapid menyerah kepada Hizbullah dalam 'perjanjian memalukan', engacu pada perjanjian demarkasi perbatasan maritim dengan Lebanon.

Tak terima dengan tuduhan Netanyahu, Lapid kembali ke podium dan menanggapi PM Israel.

Menurut Lapid, Netanyahu hingga saat ini hanya mengumbar kebohongan.

"Kamu berbohong sebanyak kamu bernapas," jelas Lapid.

Dengan tegas, Lapid mengatakan bahwa perang berjalan lambat karena ulah Netanyahu.

"Yang mematikan pencegahan Israel adalah kelambanan Perdana Menteri terhadap tenda-tenda Hizbullah di Peternakan Bistara yang berbatasan dengan Peternakan Shebaa Lebanon yang diduduki," tegas Lapid.

Di tengah-tengah debat parlemen sengit, Netanyahu membahas proposal gencatan senjata.

"Kami berkomitmen terhadap proposal gencatan senjata Israel yang disambut baik oleh Presiden Biden. Posisi kami tidak berubah,” katanya, dikutip dari The Times of Israel.

Pernyataan Netanyahu mengenai pembebasan sandera dan usulan gencatan senjata nampaknya bertentangan dengan wawancara TV pada Minggu malam.

Di mana dia mengatakan bahwa dia siap untuk melakukan kesepakatan parsial yang akan mengembalikan tawanan dan wajib untuk melanjutkan pertempuran, setelah jeda untuk menyelesaikan tujuan mereka.

Di Knesset, Netanyahu bersikeras bahwa kampanye Israel di Gaza akan terus berlanjut.

"Kami akan terus lanjut sampai kita menghilangkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas. Sampai kami mengembalikan 120 sandera kami, baik yang mati maupun hidup," katanya.

“Tidak ada yang bisa menghentikan kita,” tambahnya.

Menanggapi pernyataan Netanyahu pada hari Senin, Departemen Luar Negeri AS berpendapat bahwa perdana menteri tersebut salah bicara.

“Saya pikir kita semua yang berbicara di depan umum terkadang melakukan kesalahan dan ketika kita melakukan kesalahan, kita mempunyai kewajiban untuk datang dan mengklarifikasi, dan kami senang dia melakukannya,” kata juru bicara Matthew Miller.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Knesset, Yair Lapid dan Netanyahu

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini