Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji hanya akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan agresinya terhadap rakyat Palestina dan mencapai gencatan senjata dengan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza, sebuah tawaran yang ditolak Israel.
Iran Merespons
Manuver Israel yang bergelagat menuntaskan operasi militer di Rafah untuk segera beralih ke Lebanon demi menumpas gerakan Hizbullah direspons pihak Iran, sekutu terkuat milisi itu di negara tersebut.
Komandan Angkatan Darat Iran, Jenderal Kioumars Heydari, menegaskan bahwa poros perlawanan tidak akan tinggal diam jika “perang habis-habisan” pecah antara negara pendudukan Israel dan Hizbullah di Lebanon.
Jenderal Kioumars Heydari menyampaikan komentarnya di tengah meningkatnya konfrontasi lintas batas antara kedua belah pihak.
Pada Minggu (23/6/2024), media Iran mengutip Heydari yang mengatakan, “Jika rezim Zionis melancarkan serangan terhadap Lebanon dan memulai konflik luas dengan Hizbullah, poros perlawanan tidak akan tinggal diam. Respons yang keras dan tegas akan diberikan untuk melawan kejahatan Zionis.”
Baca juga: Iran-Taliban Diskusikan Joint Action Lawan Israel, Ribuan Pejuang Afghanistan Siap Tempur ke Gaza
Pekan lalu, para pejabat AS mengungkapkan kepada CNN kalau negara pendudukan Israel memberi tahu Washington tentang kesiapannya melakukan invasi darat dan serangan udara ke Lebanon.
Menurut jaringan berita tersebut, para pejabat Israel mengatakan kepada AS bahwa “mereka berencana untuk mengalihkan sumber daya dari Gaza selatan ke Israel utara sebagai persiapan untuk kemungkinan serangan terhadap [Hizbullah].”
Pejabat AS lainnya mengakui kepada CNN, “Jika terjadi perang besar-besaran, dukungan yang paling dibutuhkan Israel adalah sistem pertahanan udara tambahan dan penambahan Iron Dome, yang akan disediakan oleh AS.”
Pada Jumat kemarin, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berkata, “Mari kita perjelas: Masyarakat di kawasan ini dan masyarakat dunia tidak mampu membiayai Lebanon untuk menjadi Gaza yang lain.”
Baca juga: Tiga Fase Agresi Militer Tentara Israel di Gaza, Apa Artinya? Qassam Kini Lakukan Pertahanan Aktif
Guterres mengungkapkan kekhawatirannya atas meningkatnya ketegangan antara Hizbullah dan negara pendudukan Israel. “Tidak ada solusi militer,” kata Guterres saat konferensi pers.
“Eskalasi militer lebih lanjut hanya akan menimbulkan lebih banyak penderitaan, lebih banyak kehancuran bagi masyarakat di Lebanon dan Israel, dan potensi konsekuensi bencana yang lebih besar bagi wilayah tersebut.”
Pejabat PBB tersebut juga mencatat bahwa, “Sudah waktunya untuk berpikir logis dan rasional. Sudah waktunya bagi semua pihak untuk terlibat secara praktis dan pragmatis melalui jalur diplomatik dan politik yang tersedia bagi mereka.”