Sementara yang lainnya dilaporkan mengalami kesulitan bernapas, luka dan cakaran, serta bengkak di bagian tangan.
Hal ini senada dengan pernyataan kelompok hak asasi Palestina yang Mei lalu melaporkan seorang dokter bedah senior di RS Al-Shifa telah meninggal di penjara Israel setelah ditahan.
Namun, Militer Israel mengatakan tidak mengetahui kematian tersebut.
Otoritas Israel terus menolak memberikan memberikan tanggapan terkait penganiayaan sadis yang dilakukan para militernya terhadap tahanan Palestina.
Bukan Kali Pertama yang Dialami Warga Palestina
Kasus penganiayaan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan militer Israel, meski mendapat banyak kecaman dari sejumlah negara. Namun hal tersebut tak lantas membuat Israel jera.
Pada pembebasan sandera sebelumnya, seorang tahanan, Mohammed Nazzal dari kota Qabatiya, mengungkap mengalami perlakuan tak manusiawi selama ditahan di penjara Negev.
"Saya ditangkap tiga bulan lalu dan ditahan secara administratif," ungkap Nazzal.
“Namun sebelum dibebaskan kami dipukuli secara kejam dengan batangan besi. Saya meletakkan tangan saya di kepala saya untuk melindunginya dari cedera, tetapi tentara tidak berhenti sampai mereka mematahkan tangan saya,” tambah Nazzal.
Setelah mendapat penganiayaan hingga mengalami patah tulang tangan, tentara Israel justru sengaja mengabaikan Nazzal.
Hingga bocah berusia 18 tahun itu didiagnosa menderita komplikasi serius dan membutuhkan perawatan medis mendalam.
Selain kekerasan fisik, para tahanan Palestina juga mengalami perlakuan yang tidak manusiawi selama masa tahanan mereka.
Kelompok Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa Layanan Penjara bawah tanah Israel membatasi akses air, makanan, perawatan medis, dan barang-barang komunal bagi para tahanan.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)