Ia melanjutkan bahwa para pemimpin perang di Israel pada tingkat politik dan militer tidak mau mengakui fakta-fakta sulit yang menjadi tanggung jawab mereka, namun malah membawa Israel ke jurang yang dalam, seperti yang ia katakan.
Dia menganggap bahwa Israel kalah perang sejak saat pertama pecahnya konfrontasi, yang dia gambarkan sebagai hal yang memalukan, pada tanggal 7 Oktober.
"Israel seharusnya berupaya untuk mengkompensasi kerugian ini berdasarkan daftar prioritas yang jelas daripada hanya berdebat tentang kemenangan mutlak," kata dia merujuk pada ambisi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu atas perang Gaza dengan dalih memberantas Hamas.
Sekadar catatan, analisis ini datang dari seorang pensiunan jenderal IDF yang kaya akan pengalaman tempur.
Semasa aktif, Yitzhak Brik adalah Jenderal IDF Israel yang bertugas di Korps Lapis Baja sebagai komandan brigade, divisi dan pasukan serta menjabat sebagai komandan perguruan tinggi militer IDF.
Dia bertempur sebagai komandan kompi cadangan dalam Perang Yom Kippur dan dianugerahi Medali Keberanian.
Baca juga: Aksi Israel Kuasai Sepenuhnya Koridor Philadelphia Bisa Jadi Langkah Bunuh Diri IDF dan Warga Gaza
Skenario Keruntuhan Israel, Perang Atrisi dan Isolasi Global
Dia melanjutkan, kegagalan Israel untuk mengakhiri perang akan mengubahnya menjadi perang atrisi (perang gesekan) yang akan berlangsung selama bertahun-tahun.
The International Encyclopedia of the First World War mendefinisikan perang atrisi sebagai “proses yang terus-menerus melemahkan lawan sehingga memaksa mereka mengalami keruntuhan fisik melalui hilangnya personel, peralatan, dan perbekalan secara terus-menerus atau [menurunkan] mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat berbuat apa-apa” untuk melawan keruntuhan.”
Hamas lewat Brigade Al-Qassam dan faksi-faksi lain milisi perlawanan Palestina, secara cermat mendokumentasikan tiap hari lewat saluran media mereka betapa IDF kehilangan personel dan kendaraan tempur mereka dalam berbagai front dan penyergapan di Jalur Gaza.
Di front lain, gerakan Hizbullah Lebanon, Houthi Yaman, Perlawanan Irak, serta milisi Suriah membanjiri wilayah pendudukan Israel dengan berbagai macam serangan mulai dari rudal balistik hingga drone bunuh diri.
"Perang atrisi ini pada akhirnya akan menyebabkan keruntuhan Israel dengan kemungkinan perang regional, mengingat seiring berjalannya waktu Israel akan semakin terkena isolasi global," kata Brik.
Di sisi lain, gerakan sayap kiri Israel mengungkapkan kalau jumlah mereka yang menolak dinas militer di pasukan cadangan tentara Israel selama perang yang sedang berlangsung di Jalur Gaza meningkat dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sejak dimulainya operasi darat di Jalur Gaza pada tanggal 27 Oktober, pasukan pendudukan telah menderita banyak korban jiwa dan peralatan seiring dengan berlanjutnya operasi faksi perlawanan.
Tentara pendudukan mengumumkan bahwa 642 tentara tewas dan 3.643 lainnya terluka sejak awal perang pada tanggal 7 Oktober, termasuk 291 tewas dan 1.831 terluka selama operasi darat yang sedang berlangsung di Gaza, sementara sumber-sumber Israel menyatakan bahwa jumlah sebenarnya lebih tinggi dari itu.