TRIBUNNEWS.COM -- Ketakutan warga akan dipaksa menjadi pasukan oleh militer Ukraina menyebabkan perekonomian di negeri tersebut semakin suram.
Para pengusaha swasta di negeri itu mulai menutup bisnis mereka lebih sering karena karyawannya takut keluar rumah untuk menghindari sweeping di jalanan oleh militer perekrut atau TCC.
Situs analitik YouControl.Market menyebutkan tahun ini pertokoan-pertokoan dan usaha kecil lainnya lebih banyak menutup satu setengah kali disbanding 2023 lalu.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-862: Turki Klaim Bisa Bantu Vladimir Putin Akhiri Perang
Seperti dikutip Strana, situs itu menyebutkan hampir 92 ribu pengusaha tunggal menghentikan operasinya.
Angka tersebut meningkat 54 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Terlebih lagi, jumlah pengusaha terbesar tutup pada bulan Mei dan Januari. Berdasarkan wilayah kegiatan, penurunan terbesar terjadi pada perdagangan ritel dan IT.
Tingkat penutupan perusahaan meningkat sebesar 15 persen – 1,5 ribu perusahaan. Ini terutama adalah entitas perdagangan grosir, transaksi real estat dan konstruksi.
Perlu dicatat bahwa selama setengah tahun ini, lebih banyak organisasi swasta (lebih dari 13 ribu) dan pemilik tunggal (148,5 ribu) juga dibuka dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.
Verkhovna Rada curiga bahwa ini adalah cara untuk menghindari mobilisasi.
Baca juga: Pengkhianat Rusia Ungkap Bantu Ukraina Hancurkan Kapal Perang Serpukhov
Otoritas pajak tidak menutup kemungkinan bahwa “kewirausahaan swasta” dapat menjadi salah satu bentuk penghindaran mobilisasi, ketika pegawai terdaftar sebagai pengusaha perorangan sehingga tidak perlu menyampaikan informasi tentang mereka yang wajib dinas militer kepada TCC.