TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) meyakini ada peluang yang cukup signifikan dalam perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.
Hal ini disampaikan seorang pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya, sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.
"Usulan Hamas, yang diajukan awal minggu ini, memajukan proses dan dapat menjadi dasar untuk menutup kesepakatan," kata pejabat itu, Kamis (4/7/2024), dikutip dari Al Jazeera.
Namun, pejabat itu menambahkan, pekerjaan penting masih harus diselesaikan.
Selain itu, kesepakatan tidak mungkin tercapai dalam beberapa hari mendatang.
Langkah Menuju Gencatan Senjata Permanen
Sementara itu, Hamas membuat penyesuaian yang cukup signifikan dalam posisinya atas kesepakatan pembebasan sandera yang potensial dengan Israel.
Seorang pejabat senior pemerintah AS berharap, kesepakatan itu akan menghasilkan pakta yang akan menjadi langkah menuju gencatan senjata permanen.
"Kami telah mencapai terobosan," kata pejabat itu kepada wartawan melalui panggilan konferensi, Kamis, dilansir Arab News.
Ia menambahkan, masih ada masalah yang belum terselesaikan terkait dengan penerapan perjanjian tersebut.
Menurutnya, kesepakatan tersebut diperkirakan tidak akan ditutup dalam beberapa hari.
Baca juga: 2 Tentara Israel Tewas usai Hizbullah Luncurkan 200 Drone untuk Balas Kematian Komandannya
Israel Kirim Bos Mossad ke Qatar
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan kepala agen mata-matanya, Mossad, ke Qatar untuk melakukan pembicaraan dengan mediator mengenai gencatan senjata perang Gaza.
Pembicaraan tersebut dapat memungkinkan kelompok Hamas membebaskan sandera yang ditawan dalam serangan 7 Oktober 2023.
Kepala Mossad, David Barnea, akan memimpin delegasi Israel ke Qatar yang telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mencoba membawa musuh-musuh ke meja perundingan, menurut sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
David Barnea diperkirakan akan tiba di Doha pada hari ini, Jumat (5/7/2024).