Membubarkan JI adalah langkah yang tepat oleh para pemimpinnya, karena akan mencegah para anggota dan afiliasinya menjadi target penangkapan, kata Adhe dari PAKAR.
Mantan anggota JI kemungkinan akan tetap aktif dalam berbagai kegiatan seperti bisnis, filantropi, dakwah, pendidikan dan politik, katanya.
Sementara untuk pemerintah, perubahan ini menyimpan tantangan tersendiri dalam menyikapinya, kata Noor Huda.
Aparat keamanan harus menyesuaikan diri terhadap mantan anggota JI, termasuk mengubah stigma atas masa lalu mereka.
"Dulu Densus 88 menganggap mereka sebagai ancaman keamanan, sekarang mereka berintegrasi. Kini ada aspek-aspek lain yang harus dipikirkan oleh aparat."
"Misalnya JI yang kini bubar memiliki pesantren yang banyak jumlahnya, bagaimana (aparat bisa) menghapuskan stigma yang timbul," kata dia. "Ini membutuhkan kemampuan di luar perkara surveillance (pengawasan)."
Dalam laporannya pada Kamis, lembaga riset yang berbasis di Jakarta, Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), mengatakan: "Untuk saat ini, hasil yang mungkin terjadi adalah tumbuh suburnya sekolah-sekolah yang berafiliasi dengan JI dan meningkatnya keterlibatan orang-orang yang menandatangani pernyataan 30 Juni dalam kehidupan bermasyarakat."
"Apa yang terjadi pada anggota lainnya masih harus dilihat nanti," tambah laporan IPAC.
Media Malaysia Ragu
Sementara itu media Malaysia AstroAwani juga mengulas soal pembubaran JI di Indonesia.
“Masih terlalu dini untuk berasumsi apa yang terjadi, namun anggota laki-laki dalam kelompok tersebut memiliki kredibilitas dan kepercayaan yang cukup untuk memastikan bahwa organisasi tersebut memiliki pendapat yang sama,” kata Sidney Jones, analis IPAC dalam pengamatannya seperti dikutip dari Astro.
JI jadi sorotan di Malaysia setelah bulan lalu menyerang kantor polisi di Johor Bahru Malaysia, Jumat (17/5/2024) pagi tadi.
Dua polisi tewas dalam serangan mendadak itu.
Polisi menyebut pelaku teror adalah kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI).
Pelaku ditembak mati dit empat.
Sejumlah materi terkait JI, jaringan teror di Asia Tenggara yang terkait dengan al-Qaeda, ditemukan di rumah pelaku.
Kepala Kepolisian Malaysia Inspektur Jenderal Razarudin Husain mengatakan 7 pelaku yang diduga menjadi anggota JI juga ditangkap untuk diperiksa.
Sumber: CNA/AstroAwani