TRIBUNNEWS.COM - Kelompok perlawanan di Lebanon, Hizbullah, meluncurkan rudal Katyusha untuk menargetkan markas tentara Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dengan Lebanon selatan, Jumat (5/7/2024) kemarin.
"Para mujahidin menargetkan sebuah bangunan yang digunakan oleh tentara pendudukan (Israel) di pemukiman Shlomi," kata Hizbullah dalam pernyataannya, kemarin.
Hizbullah setidaknya menargetkan dua markas militer Israel, yaitu markas besar Divisi 91 yang didirikan di barak Iyelet dan markas besar Brigade 769 di barak roket di Kiryat Shmona.
Serangan ini sebagai bagian dari respons terhadap serangan pendudukan Israel, khususnya di kota-kota Lebanon selatan, termasuk kota Yammar al-Shaqif, Kafr Tabnit, Kafar Shuba, Markba, dan Khiam selatan yang melukai warga sipil.
Setelah serangan tersebut, tentara pendudukan Israel mengakui dua tentaranya terluka akibat roket yang jatuh di Kiryat Shmona.
Pemerintah kota pemukiman Israel di Kiryat Shmona mengakui roket telah jatuh di pemukiman tersebut.
Ia berbicara tentang orang-orang yang terluka dan menegaskan kebijakan untuk menyembunyikan kerugian yang dilakukan oleh pendudukan Israel.
"Kami tidak akan umumkan lokasi jatuhnya roket dan korban luka pada tahap ini," kata pejabat itu, seperti diberitakan IRNA, kemarin.
Sebaliknya, media Israel mengonfirmasi asap tebal mengepul dari pemukiman Shlomi, setelah menjadi sasaran serangan rudal Hizbullah.
Sebelumnya serangan itu, Hizbullah telah menargetkan lokasi militer Israel “Ramia” dengan peluru artileri dan menghantamnya secara langsung kemarin.
Dengan menggunakan senjata rudal, Hizbullah menargetkan lokasi militer Ramtha dan Samaqa di perbukitan Kafr Shuba di Lebanon, yang menyebabkan korban langsung dalam kedua operasi tersebut, seperti diberitakan Al Jazeera.
Baca juga: Pakar Sebut Israel Ada di Tangan Hizbullah, Serangan Berhenti jika Israel Setujui Gencatan Senjata
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.011 jiwa dan 87.266 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (4/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporanYedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel