TRIBUNNEWS.COM - Seorang Kepala Dewan Kota Nahariya di Israel utara yang berbatasan langsung dengan Lebanon, prihatin atas serangan terus-menerus oleh Lebanon.
IRNA mengutip laporan dari surat kabar Ibrani, Ma'ariv, pada Selasa (9/7/2024) pagi, pemimpin Nahariya, Ronen Marelly, mengaku frustrasi atas serangan drone dan roket dari Hizbullah yang terus melanda wilayahnya.
Menurutnya, apa yang terjadi di Nahariya saat ini adalah "bencana terbesar yang pernah dialami Israel sejak pembentukannya."
Bahkan, menurutnya, Israel juga terancam kehilangan wilayah Al-Jalil, yang terletak 30 kilometer sebelah utara Haifa.
Marelly pun mendesak rezim Benjamin Netanyahu untuk segera mengambil tindakan.
"Jika Anda tidak mengambil tindakan sekarang, Anda akan kehilangan Al-Jalil, baik dalam hal mengembalikan para pemukim ke rumah mereka dan dalam hal keamanan," kata dia.
Sementara itu, Hizbullah mengumumkan para pejuangnya telah melakukan lima operasi pada Senin (8/7/2024).
Dilansir Al Mayadeen, berikut ini rincian lima operasi yang dilancarkan Hizbullah:
- Pukul 17.05 waktu setempat, pejuang Hizbullah menargetkan Barak Zibdeen di Peternakan Shebaa Lebanon yang diduduki menggunakan roket.
- Pukul 18.00 waktu setempat, pejuang Hizbullah menargetkan lokasi al-Raheb menggunakan peluru artileri.
- Pejuang Hizbullah melakukan serangan balasan kepada Israel dengan membombardir pemukiman HaGoshrim menggunakan roket Katyusha.
- Pejuang Hizbullah menargetkan sebuah bangunan yang digunakan pasukan Israel di pemukiman Metulla, menggunakan senjata yang sesuai.
- Pejuang Hizbullah menargetkan sebuah bangunan yang digunakan pasukan Israel di pemukiman al-Manara, menggunakan senjata yang sesuai.
Hizbullah Abaikan Ancaman Yoav Gallant
Sebelumnya, Menteri Keamanan Israel, Yoav Gallant, melakukan kunjungan ke Gunung Hermon, Minggu (7/7/2024), yang juga dihadiri komandan-komandan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Dalam kesempatan itu, ia mengatakan IDF akan terus memerang Hizbullah di Lebanon, bahkan jika Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
"Saya memberikan perintah yang jelas kepada pasukan di selatan dan utara, (serangan) ini adalah sektor yang terpisah."
Baca juga: Drone Hizbullah Hantam Pangkalan Mata-mata Israel di Gunung Hermon, Ancaman Gallant Dianggap Remeh
"Bahkan, jika kita mencapai kesepakatan penyanderaan (gencatan senjata), dan saya sangat berharap kita dapat mencapainya di selatan (Gaza), hal ini tidak terikat dengan apa yang terjadi di sini (utara, perbatasan dengan Lebanon). Kecuali Hizbullah mencapai kesepakatan (dengan Israel)," katanya kepada pasukan saat berkunjung ke Gunung Hermon, Minggu, dikutip dari The Times of Israel.
"Bahkan jika ada gencatan senjata (di Gaza), di sini kami terus berjuang dan melakukan segala hal yang diperlukan, dan ini akan membuahkan hasil," tegasnya.
Gallant menyebut Hizbullah dan sekutunya di Lebanon telah kehilangan 450 anggotanya akibat serangan IDF, termasuk 15 komandan tingkat brigade dan tiga komandan di tingkat divisi.
"Ini adalah hal yang sangat, sangat signifikan dan hasilnya sudah terlihat," ujar dia.
Gallant menambahkan, "Ini adalah hari-hari kritis" dan "musuh kita hanya memahami kekuatan."
"Banyak hal bisa saja terjadi. Kami tidak menginginkannya. Kami siap melakukan apapun."
"Kami (juga) siap menghadapi kenyataan, jika mereka menyerang kami, atau jika mereka mencoba menyakiti kami, atau jika mereka tidak mengizinkan kami memulangkan warga kami dengan selamat ke rumah mereka – kami akan bertindak," pungkas Gallant.
Namun, ancaman Gallant tersebut tampaknya hanya dianggap sebagai guyonan oleh Hizbullah.
Tak lama setelah kunjungan Gallant, di hari yang sama, Hizbullah menyerang Gunung Hermon, menargetkan pangkalan mata-mata Israel yang disebut paling maju sedunia.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)