News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Sumpah Yahya Sinwar ke Para Rekan Sepenjaranya di LP Ashkelon Israel Saat Dibebaskan 13 Tahun Silam

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemimpin gerakan Hamas, Yahya Sinwar berseru dari jendela mobil saat meninggalkan penjara pendudukan Israel dalam kesepakatan pertukaran pembebasan tahanan Palestina-Israel bertajuk Loyalty of the Free yang terjadi 13 tahun lalu.

Sumpah Yahya Sinwar ke Para Rekan Sepenjaranya di LP Ashkelon Israel Saat Dibebaskan 13 Tahun Silam

TRIBUNNEWS.COM - Seorang tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara pendudukan Israel mengungkapkan janji Yahya Al-Sinwar, pemimpin gerakan Hamas, kepada mereka sebelum dia meninggalkan penjara dalam kesepakatan pertukaran tahanan Israel-Palestina bertajuk, Loyalty of the Free yang terjadi 13 tahun lalu .

Nabih Awada, tahanan yang dibebaskan dan mantan rekan Sinwar di Penjara Pusat (lembaga pemasyarakatan/LP) Ashkelon, mengatakan dalam pernyataan kepada surat kabar Al-Watan kalau Sinwar bersumpah dengan suara lantang saat itu.

Baca juga: Mau Perang Terus, Smotrich: Kesepakatan dengan Hamas Penghinaan Buat Israel, Kemenangan bagi Sinwar

Saya tidak akan menjadi (Jangan sebut saya Yahya) Sinwar jika saya tidak membebaskan Anda,” kata Nabih menirukan sumpah Yahya Sinwar kala itu dilansir Khaberni, Selasa (9/7/024).

Nabih mengatakan, perkataan lantang itu menunjukkan kalau Yahya Sinwar merupakan sosok yang lemah lembut terhadap para sesama tahanan Palestina, namun tegas terhadap para sipir penjara Israel.

Nabih Awada menjelaskan, selama persiapan kesepakatan pertukaran tahanan pada 2011 silam tersebut, saudaranya, Muhammad Al-Sanwar, bertanggung jawab menyiapkan nama-nama tahanan yang akan dibebaskan.

Dalam klausul Loyalty of the Free tersebut, Nabih menuturkan Sinwar memintanya agar daftar tersebu tidak terbatas pada anggota Hamas saja, namun juga mencakup tahanan  warga Palestina dari faksi-faksi lain, seperti gerakan Fatah, Jihad Islam, dan Front Pembebasan Populer.

Baca juga: Eks-Pejabat Mossad: Yahya Sinwar Permalukan Israel di Depan Mata Dunia, Dia Cekik Leher Kami

Pemimpi Hamas di jalur Gaza, Yahya Sinwar, saat berbicara di sebuah pertemuan di di Kota Gaza, 30 April 2022. (AFP/Al Mayadeen)


Setelah keluar dari penjara, Yahya Al-Sinwar bertanggung jawab atas arsip para tahanan gerakan Hamas, dan melalui beberapa operasi militer ia berhasil menangkap 4 orang tentara, termasuk dua orang saat perang di Gaza pada tahun 2014.

Setelah ia pertama kali naik ke kursi kepresidenan gerakan tersebut pada tahun 2017, dan kemudian terpilih kembali 4 tahun kemudian, negosiasi terus dilakukan untuk membebaskan keempat tahanan tersebut, dengan harapan mendapatkan kesepakatan baru seperti “Wafa al-Ahrar”, atau dalam bahasa Inggris, Loyalty of the Free

Pada bulan Desember 2022, Sinwar mengakui negosiasi dengan pihak Israel untuk membebaskan empat tahanan Israel, dengan imbalan mengosongkan penjara Israel, dan mencoba memberi mereka tenggat waktu terakhir sebelum menutup berkas selamanya, mengalami kegagalan.

"Namun negosiasi terhenti, menurut apa yang terjadi. gerakan tersebut melaporkan di situs resminya," tulis laporan Khaberni.

IDF Kecolongan di Perang Gaza, Sinwar Bisa Jalan-Jalan

Selama Perang Gaza dalam sembilan bulan terakhir, Yahya Sinwar menjadi buruan utama hidup atau mati bagi tentara Israel (IDF).

Hanya bombardemen buta IDF belum mampu juga menemukan Sinwar di relung-relung Gaza baik di atas permukaan atau di bawah tanah.

Yahya Sinwar bahkan dilaporkan sempat muncul dan berjalan-jalan di Jalur Gaza.

Kabar itu disampaikan seorang pejabat Hamas  yang berbicara secara anonim kepada surat kabar Al-Araby Al-Jadeed yang berbasis di London dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Rabu (22/5/2024) silam.

Baca juga: Israel Gempur Habis-habisan, Hamas Main Kucing-kucingan: Yahya Sinwar Ternyata Tak Ada di Rafah

Laporan ini membantah klaim Israel kalau Sinwar terputus dari pasukannya di lapangan, dan mengatakan bahwa pemimpin gerakan tersebut bertemu dengan para pejuang dan meninjau lokasi di mana petempur mereka bentrokan dengan Pasukan Pertahanan Israel.

Selama ini, intelijen, pejabat, dan media-media Israel mengklaim kalau Yahya Sinwar berada di persembunyiannya di bawah tanah.

Israel telah menjadikan pelenyapan Sinwar sebagai elemen kunci dari tujuannya untuk menghancurkan Hamas setelah serangan Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.

Sejak itu, Israel melancarkan perang dan bombardemen buta yang masih berlangsung di Jalur Gaza.

Baca juga: Invasi Rafah Bakal Sia-sia, Eks-Panglima Perang IDF: Kami Gagal Membunuh Al-Deif dan Yahya Sinwar

Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar bersama anggota gerakan militer pembebasan Palestina, menghadiri sebuah parade di Kota Gaza, 30 Mei 2021. (Photo credit: Ashraf Amra/Anadolu Agency)

Sinwar Secara Efektif Mengomandoi Pasukan  Lapangan

Para pejabat Israel mengklaim bahwa Sinwar terpaksa bersembunyi di jaringan terowongan Hamas yang luas di bawah Gaza, membuatnya terisolasi dari orang-orang bersenjata kelompok tersebut.

Mereka mengindikasikan dia kemungkinan berada di terowongan di bawah Khan Younis atau Rafah, dikelilingi oleh sandera.

Namun, sumber Hamas mengatakan bahwa Sinwar “secara efektif memimpin gerakan di lapangan,” menurut tinjauan wawancara dengan Al-Araby Al-Jadeed, yang dimuat oleh situs surat kabar berbahasa Inggris New Arab.

Sinwar, kata sumber tersebut, “baru-baru ini memeriksa daerah-daerah yang menjadi saksi bentrokan antara kelompok perlawanan dan tentara pendudukan, dan bertemu dengan beberapa pejuang gerakan tersebut di atas tanah dan bukan di dalam terowongan.”

“Dalam diskusi baru-baru ini antara pimpinan gerakan secara internal dan eksternal, Sinwar memberi pengarahan kepada pimpinan eksternal gerakan tersebut mengenai situasi perlawanan di Jalur Gaza,” dan memberikan informasi terkini mengenai kemampuan tempurnya, kata sumber tersebut.

Sumber tersebut mencatat kalau pertemuan tersebut berlangsung di rumah para pemimpin Hamas.

Para pejabat Israel tidak segera mengomentari laporan tersebut.

Kolase foto Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Ketua sayap politik gerakan Hamas Yahya Sinwar (AFP)

Netanyahu Berbohong

Forum yang mewakili keluarga sandera yang diculik dari Israel selama serangan Hamas pada bulan Oktober mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau pejabat intelijen mempelajari laporan tersebut dan menemukan bahwa informasi tersebut “dapat diandalkan (dipercaya).”

“Keluarnya Sinwar dari dalam terowongan sementara para sandera mendekam di ruang bawah tanah adalah gambaran kegagalan Israel,” kata forum tersebut.

Ketika berbicara kepada pihak pemerintah Israel, pernyataan tersebut mengatakan “jika para sandera tidak ada dalam pikiran Anda, tidak akan ada penebusan dan tidak ada kemenangan.”

Channel 13 mengutip sumber Hamas yang mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa, “Meskipun terjadi perang, Sinwar tidak terlepas dari dunia nyata, namun terus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di lapangan. Wacana bahwa dia dikucilkan di terowongan tidak lebih dari klaim [Perdana Menteri Benjamin] Netanyahu, yang dirancang untuk menyenangkan publik Israel dan sekutunya.”

Baca juga: Hamas Rilis Video Terbaru Tahanan Israel: Kirim Pesan ke Keluarga Sandera, 4 IDF 10 Tahun di Penjara

Cuplikan video yang diterbitkan Brigade Al-Qassam pada Kamis (23/5/2024) mengungkap bahwa Komandan Divisi Gaza Israel, Mayor Jenderal Assaf Hamami, masih hidup dan tidak terbunuh dalam Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 lalu. (X/Telegram/Brigade Al-Qassam)

30 Jenderal Israel Jadi Tahanan Hamas

Pada tanggal 7 Oktober, Hamas memimpin serangan lintas batas besar-besaran terhadap Israel.

Pihak Israel mengklaim, ada 3.000 penyerang yang menerobos perbatasan dengan Jalur Gaza dan menculik 253 orang untuk disandera di daerah kantong Palestina.

“Tentu saja tidak mungkin untuk menentukan secara akurat jumlah tahanan yang masih hidup, namun yang pasti adalah jumlah tersebut lebih tinggi dari jumlah yang beredar di media Ibrani,” kata sumber tersebut.

Dia mengklaim, Hamas menahan sekitar 30 “jenderal dan perwira Shin Bet” yang ditangkap pada tanggal 7 Oktober, dengan mengatakan bahwa mereka ditahan di “lokasi yang sangat aman” dan “tidak mungkin untuk mencapai mereka.”

Adapun IDF secara resmi mengkonfirmasi kematian 34 orang yang diculik pada 7 Oktober dan masih ditahan oleh Hamas, mengutip informasi intelijen baru dan temuan yang diperoleh pasukan Israel yang beroperasi di Gaza.

Namun, para pejabat Israel dan AS mengatakan jumlah korban tewas mungkin jauh lebih tinggi.

Terdapat ratusan sandera Israel yang masih ditahan, baik hidup atau mati.

Sumber tersebut juga mengklaim bahwa Hamas telah menawarkan untuk membebaskan 40 sandera pada tahap pertama proposal gencatan senjata sementara baru-baru ini, dan bukan hanya 20 orang, seperti yang dilaporkan di Israel.

Hamas akhirnya menolak usulan tersebut.

“Sejak berakhirnya putaran itu, kemarahan AS telah memuncak setelah gagal melalui semua upaya tekanan untuk memaksa perlawanan agar menerima syarat penyerahan demi kepentingan pemerintah pendudukan dan membebaskan tahanan Israel tanpa komitmen nyata untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina,” kata sumber Hamas.

“Satu-satunya jalan untuk membebaskan tahanan pendudukan terletak pada negosiasi yang disertai komitmen gencatan senjata dan rekonstruksi,” kata sumber tersebut.

(oln/khbrn/toi/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini