News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Teriak Paling Kencang Soal Gencatan Senjata di Gaza, AS Masih Pasok Bom ke Israel

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bom buatan negara barat yang dipasok ke Israel. AS dan Jerman tercatat sebagai dua negara kontributor terbesar pasokan senjata dan amunisi ke Israel dalam perang Gaza.

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) telah sepakat untuk mengirimkan bom seberat 230 kg ke Israel.

Padahal, AS merupakan salah satu negara yang teriak paling kencang bahkan menyodorkan proposal gencatan senjata di Gaza untuk Hamas dan Israel.

Meski begitu, AS terus menahan untuk memasok bom seberat 900 kg ke Israel karena khawatir bahwa pasukan Zionis akan menggunakan senjata itu di daerah padat penduduk di Gaza.

AS pada bulan Mei menghentikan satu pengiriman bom seberat 900 kg dan 230 kg karena khawatir akan dampak yang ditimbulkan senjata tersebut jika digunakan oleh Israel selama invasi daratnya di Rafah.

"Kami telah menyatakan dengan jelas bahwa kekhawatiran kami adalah pada penggunaan akhir bom seberat 2.000 pon, khususnya untuk operasi Rafah Israel yang telah mereka umumkan akan segera diakhiri," kata seorang pejabat AS, dikutip dari Al Jazeera.

Saat meledak, bom seberat 230 kg dapat melukai atau membunuh semua orang atau apa pun dalam radius ledakan 20 meter.

Sementara bom seberat 900 kg memiliki radius penghancuran 35 meter, menurut Project on Defense Alternatives (PDA), yang melakukan penelitian dan analisis kebijakan pertahanan.

Pejabat AS mengatakan kiriman bom seberat 230 kg itu berada dalam kiriman yang sama dengan bom seberat 900 kg, yang menyebabkan terhentinya pengiriman bom-bom yang lebih kecil ke Israel.

"Kekhawatiran utama kami adalah dan tetap adanya potensi penggunaan bom seberat 2.000 pon di Rafah dan tempat lain di Gaza," kata pejabat tersebut.

"Karena kekhawatiran kami bukan pada bom seberat 500 pon, bom-bom itu terus bergerak maju sebagai bagian dari proses yang biasa," tambahnya.

AS telah memberi tahu Israel bahwa mereka akan melepaskan bom seberat 230 kg tetapi tetap menahan bom yang lebih besar, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut.

Baca juga: Penjara Negev Israel bak Teluk Guantanamo, Petinju Palestina Dibebaskan Dalam Kondisi Tak Dikenali

Pertempuran Terus Berlanjut

Kantor media pemerintah Gaza yang dikelola Hamas mengatakan pasukan Israel telah meninggalkan pinggiran Kota Shejaia di sebelah timur Gaza.

Hal itu terjadi setelah lebih dari dua minggu invasi militer baru, di mana puluhan orang tewas dan distrik permukiman dihancurkan.

Di tepi selatan daerah kantong Rafah dekat perbatasan dengan Mesir, penduduk mengatakan tentara terus meledakkan rumah-rumah di wilayah barat dan tengah, di tengah pertempuran dengan Hamas, Jihad Islam, dan faksi-faksi kecil lainnya.

Dikutip dari Reuters, pejabat kesehatan Palestina mengatakan empat orang tewas, termasuk seorang anak, dalam serangan udara Israel di Tel Al-Sultan di Rafah barat.

Militer Israel mengatakan sebelumnya pada hari Kamis sekitar lima roket yang ditembakkan dari wilayah Rafah berhasil dicegat.

Sementara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pihaknya menerima laporan mengenai orang-orang yang terjebak dan lainnya tewas di dalam rumah mereka di distrik Tel Al Hawa dan Sabra di Kota Gaza.

Dinas Darurat Sipil mengatakan pihaknya memperkirakan sedikitnya 30 orang tewas di wilayah Tel Al-Hawa dan Rimal dan tidak dapat menemukan mayat di jalan-jalan di sana.

Baca juga: Menteri Israel Ben-Gvir Ternyata Ikut Siksa Petinju Palestina yang Jadi Kerempeng di Penjara

Meskipun ada instruksi militer pada hari Rabu kepada penduduk Kota Gaza bahwa mereka dapat menggunakan dua "rute aman" untuk menuju ke selatan, banyak penduduk menolak untuk mengindahkan perintah tersebut.

Para Ahli Pesimis Soal Gencatan Senjata

Perdana Menteri Israel Benjami Netanyahu mengatakan perang akan terus berlanjut meskipun kesepakatan gencatan senjata disepakati dengan Hamas. (Amir Cohen/AFP/Aljazeera)

Asisten profesor kebijakan publik di Institut Studi Pascasarjana Doha, Tamer Qarmout mengatakan dirinya "cukup pesimis" dengan perundingan gencatan senjata antara Hamas dengan Israel saat ini.

Tamer Qarmout mengatakan, hal tersebut dikarenakan “putaran negosiasi sebelumnya telah gagal total”.

"Kami telah mendengar bahwa Netanyahu dan menteri pertahanannya telah menyatakan ketidaksetujuan atas kesepakatan gencatan senjata Gaza," kata Qarmout kepada Al Jazeera.

Baca juga: Minta Petempur Hizbullah Bersiap Kemungkinan Terburuk, Nasrallah Kirim Aba-aba ke Netanyahu-Israel

"Jadi, mari kita tunggu dan lihat. Ada begitu banyak faktor yang tidak diketahui," lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa menurutnya ini adalah dorongan terakhir pemerintahan Biden untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza.

"Setelah dorongan ini, jika segala sesuatunya tidak berjalan baik, maka rakyat Amerika akan sibuk dengan pemilu mereka dan perang Gaza akan menjadi prioritas kedua atau ketiga bagi mereka," ungkap Qarmout.

Ia juga menunjukkan bahwa Netanyahu telah menyabotase banyak negosiasi masa lalu.

"Jika putaran ini ingin berhasil, maka saya rasa diperlukan tekanan Amerika yang nyata dan tulus serta beberapa tenggat waktu dari Washington," tegasnya.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini