Investigasi Israel Soal Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober: Tank IDF Bunuh Puluhan Warga Pemukim Sendiri
TRIBUNNEWS.COM - Investigasi pihak keamanan Israel terhadap peristiwa 7 Oktober mengungkapkan kalau tank pasukan Israel (IDF) menembaki sebuah rumah di Kibbutz (pemukiman) Be'eri saat milisi perlawanan Palestina melancarkan penyerbuan ke wilayah pendudukan.
Tembakan tank IDF di Be'eri tersebut mengakibatkan terbunuhnya 13 warga Israel.
Tank IDF menembak pemukiman warga mereka sendiri karena yakin ada pejuang bersenjata Hamas yang menyandera di rumah tersebut.
Baca juga: Milisi Menyusup ke Pemukiman Israel Pakai Paralayang, IDF: Al Qassam Kuasai Kibbutz Beeri Berjam-jam
Investigasi itu menggambarkan insiden penyerangan tersebut sebagai kegagalan besar pihak keamanan nasional, termasuk IDF, disebabkan oleh kelalaian yang menyakitkan dan memalukan.
Laporan hasil investigasi juga menambahkan kalau Pasukan IDF sebenarnya sudah tiba di pintu masuk Kibbutz Be'eri.
Namun, karena lemahnya koordinasi, IDF tidak memobilisasi pasukan dan memasuki daerah tersebut sampai beberapa jam kemudian.
Adapun para petempur milisi perlawanan bersenjata Palestina berada di dalam permukiman itu saat pertempuran berkecamuk.
IAF Bombardir Tiga Pangkalan Militer IDF
Dalam laporan baru-baru ini, media Israel, Haaretz mengungkapkan bahwa militer Israel secara luas menerapkan Hannibal Directive (Protokol Hannibal) pada tanggal 7 Oktober.
Petunjuk Hannibal mengamanatkan kalau tentara Pasukan IDF bisa menggunakan segala cara yang diperlukan untuk mencegah tentara mereka ditangkap atau ditawan musuh, bahkan jika itu harus membunuh mereka yang tertangkap lawan.
Dalam pelaksanaan ptorokol ini, Angkatan Udara Israel (Israel Air Forces/IAF) dilaporkan membom setidaknya tiga pangkalan dan pos militer selama serangan Banjir Al-Aqsa itu.
Adapun militer IDF melepaskan tembakan besar-besaran ke area berpagar yang memisahkan Gaza dan Israel ketika pejuang perlawanan Palestina kembali dengan membawa orang Israel yang ditangkap.
"Daerah itu dimaksudkan untuk menjadi “zona pembunuhan,” menurut sumber di Komando Selatan IDF.
Laporan Haaretz didasarkan pada dokumen dan kesaksian dari tentara serta perwira militer tingkat menengah dan senior.