TRIBUNNEWS.COM - Partai Demokrat yang mengusung pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joe Biden dan Kamala Harris melancarkan serangan baru terhadap Partai Republik setelah Donald Trump menunjuk JD Vance sebagai calon wakil presiden, Senin (15/7/2024).
Joe Biden akan melawan Donald Trump dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS yang akan dilaksanakan pada 5 November 2024.
Partai Demokrat berusaha menggambarkan JD Vance, yang merupakan Senator Ohio, sebagai seorang ekstremis pembela hak aborsi dan dulu menentang Donald Trump, namun kini menjadi cawapresnya.
Kandidat petahana, Presiden AS Joe Biden, bahkan mengunggah postingan di media sosial X setelah penunjukkan JD Vance sebagai cawapres Donald Trump.
"Berikut ini adalah kesepakatan tentang J.D. Vance. Dia berbicara banyak tentang hak para pekerja. Namun sekarang, dia dan Trump (malah) ingin menaikkan pajak untuk keluarga kelas menengah sambil mendorong lebih banyak pemotongan pajak untuk orang kaya.
Yah, saya tidak bermaksud membiarkan mereka. Dan jika Anda setuju dengan saya, bantulah," tulisnya di akun @JoeBiden, Selasa (16/7/2024).
Joe Biden mengejek JD Vance sebagai tiruan Donald Trump terkait semua isu.
Tim kampanye Joe Biden dan sekutunya juga berusaha menyoroti tindakan JD Vance yang meremehkan upaya Donald Trump untuk membatalkan hasil pemilu 2020.
Selain itu, tim kampanye Joe Biden mulai melancarkan serangan melalui media sosial setelah JD Vance ditunjuk jadi cawapres Donald Trump.
"Vance akan melakukan apa yang tidak akan dilakukan Mike Pence pada tanggal 6 Januari; berusaha sekuat tenaga untuk mendukung Trump dan agenda MAGA-nya yang ekstrem, bahkan jika itu berarti melanggar hukum dan tidak peduli dengan kerugian yang akan dialami rakyat Amerika," kata Jen O'Malley Dillon, yang memimpin kampanye Joe Biden, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Politico.
Selain itu, mereka juga menyerang pandangan Donald Trump tentang hak bagi negara bagian untuk mengatur prosedur aborsi.
Baca juga: Perdana, Donald Trump Tampil dengan Perban di Telinga Usai Lolos dari Upaya Pembunuhan
“Pemerintahan Donald Trump dan JD Vance akan membahayakan kebebasan reproduksi di semua 50 negara bagian,” kata Mini Timmaraju, presiden Reproductive Freedom for All, dalam panggilan telepon kampanye Joe Biden pada Senin sore.
Dalam beberapa bulan terakhir, Donald Trump mengisyaratkan ia dapat mendukung larangan aborsi pada usia kandungan 15 minggu, dengan mengatakan "15 minggu tampaknya merupakan angka yang disetujui oleh banyak orang."
Namun, ia mengubah pandangannya setelah mendengar pendapat para ahli dan akan menyerahkan masalah itu kepada negara bagian.