TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-876 pada Kamis (18/7/2024).
Pada dini hari, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina melaporkan rangkuman pertempuran pada Rabu (17/7/2024) kemarin.
Pasukan Rusia memusatkan upayanya pada arah Pokrovsky dan Toretsky, di mana telah terjadi 24 bentrokan pertempuran di sana.
"Sejak awal hari, tercatat 118 bentrokan pertempuran, musuh melakukan 43 serangan udara (menggunakan 58 KAB) dan 605 serangan pesawat tanpa awak kamikaze, melakukan 3230 penembakan terhadap posisi pasukan kami," lapor Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina di Facebook.
Jerman Kurangi Bantuan Militer ke Ukraina
Jerman berencana untuk mengurangi setengah bantuan militernya ke Ukraina pada tahun 2025, menjadi €4 miliar, menurut rancangan anggaran yang dilihat oleh Reuters.
Sebaliknya pemerintah Jerman berharap Ukraina akan dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan militernya dengan pinjaman $50 miliar dari hasil aset Rusia yang dibekukan yang disetujui oleh G7.
"Pembiayaan Ukraina dijamin untuk masa mendatang berkat instrumen Eropa dan pinjaman G7," kata menteri keuangan Jerman, Christian Lindner, Rabu (17/7/2024).
Jerman telah menghadapi kritik karena berulang kali gagal mencapai target NATO untuk membelanjakan 2 persen dari PDB-nya untuk pertahanan, tetapi bertujuan untuk mematuhinya pada tahun 2025.
Ukraina Cari Cara Bertahan jika Donald Trump Jadi Presiden AS
Menteri Pertahanan Ukraina, Rustem Umerov mengatakan, akan menemukan cara untuk melawan pasukan invasi Rusia jika Donald Trump memenangkan pilpres AS pada yang digelar November mendatang.
Baca juga: 788 Tentaranya Hilang, Pasukan Ukraina Mundur Dari Desa Krynki
“Kami percaya pada kepemimpinan AS, dan kami percaya Amerika ingin mitra dan sekutunya juga kuat. Pada tahap ini, kami akan fokus pada medan perang,” kata Umerov melalui konferensi video di Forum Keamanan Aspen di Colorado.
“Apa pun hasilnya (dari pemilihan presiden AS), kami akan menemukan solusinya," lanjutnya.
Cawapres Donald Trump, JD Vance Jadi Ancaman Ukraina
Michael McFaul, direktur di Freeman Spogli Institute for International Studies dan mantan duta besar untuk Rusia, mengatakan calon wakil presiden, JD Vance, yang akan mendampingi Donald Trump di pilpres AS adalah ancaman bagi Ukraina.
"Pilihan Donald Trump atas JD Vance sebagai calon wakil presidennya adalah berita buruk bagi (Ukraina)," katanya kepada The Guardian kemarin.
"Senator Vance adalah salah satu penentang utama paket bantuan baru untuk Ukraina musim semi lalu dan telah menyatakan ketidakpeduliannya terhadap apa yang terjadi dalam perang itu," tambahnya.