News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Koryoin, etnis Korea yang bermigrasi ke Rusia pada abad ke-19 dan 'sambutan dingin' warga Korsel

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koryoin, etnis Korea yang bermigrasi ke Rusia pada abad ke-19 dan 'sambutan dingin' warga Korsel

Etnis Korea yang leluhurnya bermigrasi ke wilayah Rusia lebih dari 100 tahun lalu kini kembali ke Korea Selatan, namun perpindahan tersebut menimbulkan beragam permasalahan.

“Jika saya tidak menerjemahkan ke bahasa Rusia, anak-anak lain tidak akan paham pelajaran apa pun,” kata Kim Yana, siswi berusia 11 tahun dari Sekolah Dasar (SD) Dunpo di Asan, sebuah kota dekat ibu kota Korea Selatan, Seoul.

Yana adalah murid yang berbicara bahasa Korea paling fasih di kelasnya. Sebagian besar dari 22 teman sekelasnya mahir bahasa Rusia, mereka tak fasih berbahasa Korea.

Faktanya, hampir 80% murid di sekolah ini adalah “murid multikultural”. Artinya, mereka adalah warga negara asing atau memiliki orang tua yang bukan warga negara Korea.

“Sulit untuk mendapatkan angka pastinya karena para orang tua mempunyai kewarganegaraan dan status tempat tinggal yang berbeda,” kata Chu Dae-yeol, seorang guru senior yang mengawasi urusan akademik.

"Tetapi sebagian besar siswa multikultural diyakini sebagai orang Koryoin," ujarnya kemudian.

Koryoin adalah etnis Korea yang nenek moyangnya bermigrasi dari Korea ke wilayah timur jauh Kekaisaran Rusia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Banyak dari keluarga-keluarga ini lalu dideportasi ke Asia Tengah pada 1930-an, bagian dari kebijakan “pembersihan perbatasan” Stalin.

Mereka tinggal di negara-negara bekas Soviet seperti Uzbekistan dan Kazakhstan. Selama beberapa generasi, mereka akhirnya berhenti berbicara bahasa Korea karena dilarang.

Keluarga Yana pindah kembali ke Korea Selatan tujuh tahun lalu, dan kini ada lebih banyak lagi keluarga lain yang mengikuti jejaknya.

“Saya secara alami belajar bahasa Korea dengan bermain bersama teman-teman Korea di taman kanak-kanak [TK], tapi sekarang ada jauh lebih banyak anak di sekolah yang tidak bisa berbahasa Korea,” katanya.

Di SD Dunpo, 26,6% muridnya dianggap multikultural pada tahun 2018. Tahun ini, jumlahnya melonjak hingga 79,3%.

Hal ini tidak mengejutkan – populasi etnis Korea berkewarganegaraan asing meningkat lebih cepat di Asan, dibandingkan tempat lain di Korea Selatan.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini