Ia menggambarkan bahasa Rusia sebagai "bahasa musuh, yang membunuh, mendiskriminasi, menghina, dan memperkosa saya".
"Seberapa gila Anda jika bertempur di tentara Ukraina dan berbicara bahasa Rusia?" ucapnya.
Kata-katanya memicu reaksi keras di Ukraina saat itu.
Orang-orang menuduhnya memicu kebencian berdasarkan preferensi bahasa.
Dia dipecat dari sebuah universitas di Ukraina barat dan diselidiki oleh Dinas Keamanan Ukraina (SBU).
Pada Mei, Pengadilan Banding Lviv dilaporkan mengeluarkan putusan yang mengembalikannya ke jabatan tersebut.
Sementara itu, dikutip dari The Guardian, Farion, seorang ahli bahasa, menjadi anggota partai nasionalis Svoboda (Kebebasan) pada tahun 2005.
Dia terpilih menjadi anggota parlemen pada tahun 2012, tetapi gagal memenangkan masa jabatan.
Ia juga pernah menjabat di dewan daerah Lviv.
Baca juga: 5 Populer Internasional: IDF Disebut Tak Bisa Perang Meski Menang Jumlah, Ukraina Hajar Markas Rusia
Farion menjadi terkenal karena sering melakukan kampanye untuk mempromosikan bahasa Ukraina dan mendiskreditkan pejabat publik yang berbicara bahasa Rusia.
Pada tahun 2018, ketika Ukraina memerangi separatis yang didanai Rusia yang telah merebut wilayah di timur, ia menyerukan upaya untuk “memukul rahang setiap orang yang berbahasa Rusia”.
Pada bulan-bulan awal invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Farion mengecam pejuang berbahasa Rusia dari resimen Azov yang mempertahankan kota pelabuhan Mariupol selama tiga bulan.
Meskipun bahasa Ukraina adalah satu-satunya bahasa negara Ukraina, banyak penduduknya berbicara bahasa Rusia sebagai bahasa pertama, warisan pemerintahan Soviet, ketika bahasa Ukraina berada di bawah tekanan resmi.
Mempromosikan bahasa tersebut telah lama menjadi isu penting, dengan parlemen meloloskan undang-undang untuk mengukuhkan penggunaannya dalam kehidupan publik dan dalam industri jasa.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)