Secara publik, kedua belah pihak mengatakan mereka "terbuka untuk kerja sama" dan membahas upaya koordinasi untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan internasional.
Kunjungan ini memicu spekulasi bahwa Riyadh mungkin menjadikan Tiongkok sebagai negara alternatif penyedia kekuatan militer mereka.
Hal ini diungkapkan Timothy Heath, seorang peneliti senior pertahanan internasional dari lembaga Rand Corporation yang berbasis di AS.
Timothy menilai langkah Arab Saudi ini digunakan untuk meredakan tekanan dari Washington terkait isu seperti hak asasi manusia dan sikapnya dalam perang Israel-Gaza.
"China kemungkinan besar membahas perang Gaza dan juga berharap untuk meyakinkan Arab Saudi bahwa Tiongkok tidak mendukung Iran atas pesaing Sunni-nya. Sebaliknya, Tiongkok akan mencoba menunjukkan dirinya netral dan berharap untuk mendorong perdamaian," ujarnya.
(Tribunnews.com/Bobby)